Lihat ke Halaman Asli

Sehari Bersama Setan

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jam tepat menunjukkan pukul 05.00 dini hari. Suara penceramah di radio terdengar sayup. Si Budi mulai berbenah diri hari ini, ia punya jadwal untuk pergi ke Jakarta. Yaah, biasalah cah Bandung ini cari kerja. Selepas shalat subuh, mandi pagi, gosok gigi, dan berpakaian rapi,ia pun siap pergi setelah tinggal mencium tangan emak lagi. Tapi untuk urusan yang terakhir ini, urung Budi lakukan karena tangan emak bau ikan. Jadinya Budi hanya minta restu lisan saja, sementara Bapak selepas subuh sudah mendrop logistik ke pasar-pasar.

Tol Cipularang jalan yang dibangun untuk menyambut Asia Afrika Summit tahun lalu ternyata pemandangannya yahud punya. Mantap pisaan :D. Di pukul 7 pagi ini langit memang agak berkabut. Budi tiba-tiba bingung dan bergumam Dalam hati “dimana aku ya? halloo? haaiii?” Dia masih celingukan mencari manusia lain di pemandangan yang tiba- tiba begitu senyap.Tiba-tiba seorang Bapak tua datang dan menyapanya begitu ramah. Orang tua itu masih terlihat gagah berwibawa. “Kamu mau ikut aku?” ajakan yang begitu tiba-tiba, disambut Budi dengan penuh tanda tanya dan akhirnya hanya mengiyakan saja.

“Memangnya kita ini dimana pak?” Budi memberanikan diri untuk bertanya ditengah keterasingannya.

“ Kita ada di dunia ruh” jawab bapak tua itu yang makin membuat Budi cemas dan kebingungan. Kakek tua itu mulai bercerita dengan keramahan yang tidak biasa, namun hanya beberapa hal saja yang berhasil Budi tangkap karena akalnya terhambat oleh perasaan cemas yang susah dibendung. Budi bahkan tidak berhasil mencari alternatif selain hanya mengikuti kakek tua itu yang memintanya memanggil kakek setan, juga mengajaknya jalan-jalan.

“Budi, kamu ikut saya ke pasar pagi ini ya, kita jalan-jalan ” ajaknya kembali, sementara kaki Budi dengan sukarela mengikuti bayangan kakek setan itu. Si kakek mulai banyak bercerita seperti layaknya pemandu wisata, Budi mendengarkan dengan penuh rasa ingin tahu.

“Lihat kinerja anak buah kakek di pasar pagi ini.Mereka sangat professional dalam bekerja. Kamu tahu, pasar adalah kantor utama bagi setan-setan pemula. Walaupun begitu, kinerja mereka sangat memuaskan kakek. Penipuan di pasar,menjual sayur busuk, menipu takaran, membohongi pembeli adalah beberapa dari sekian banyak program anak buah kakek yang sukses” Kata si kakek memamerkan dengan bangga.

Budi menyerigai dan mulai iseng menanggapi “ waaahh, ternyata kakek jahat juga yaa, kenapa musti manusia yang kakek goda?’

“ahhh Budi! Jangan khawatir, manusia-manusia yang takut pada Allah tidak akan mendengarkan perkatan anak buahku. Hingga akhirnya akulah yang harus turun tangan merubah pandangan mereka yang baik menjadi busuk, yang burukpun terlihat baik..” Si kakek malah makin bersemangat menjawab.

Budi juga makin tertantang untuk bertanya.
“ kalau begitu, kakek gak takut sama Allah”

Si kakek setan malah tertawa. “ Hahahaha Budi.. Budi.. tidak ada Dzat yang kakek takuti selain Allah”
“Kalau begitu, kenapa kakek membangkang pada Allah?” Budi makin bernafsu bertanya lagi.

“Ah itu ceritanya panjang Budi, yang jelas kakek sudahh berjanji pada Allah untuk membawa manusia bersama kakek ke neraka. Pantang bagi kakek untuk mengingkari janji, walaupun kakek suka menghasut manusia untuk mengingkari janji. Nah, perjalanan selanjutnya, kita menuju pusat ekonomi Indonesia. Kamu tahu bud, kakek berhasil membuat manusia-manusia disini senang berlaku curang, menindas, serta serakah. Telah kami sugerstikan bahwa uang adalah segala-galanya, sehingga orientasi mereka pasti selalu uang. Sampai-sampai mereka meluapakan Tuhannya. Inilah hasil kerja anak buah kakek di lini menengah. Nah, ini perkenalkan pimpinan setan untuk wilayah ini” Kakek setan itu memamerkan satu sosok lainnya dengan bangga pada Budi.

‘ Halo anak muda, saya mayjen setan” sapanya bersahabat pada Budi yang masih melongo takjub.

“ Program-program nya sangat brilian! Dan struktur kerjanya sama di setiap daerah” kakek setan menambahkan informasi lagi tentang mayjen kebanggaannya. Kakek melanjutkan perkataannya

“ Nah budi, sudah pukul satu siang, ayo kita berkeliling lagi ke pusat pemerintahan negeri ini. Bud, kamu tahu? Pasukan kakek dengan sangat mudah menaklukkan manusia yang berkecimpung di pemerintahan. Kami buat mereka lupa dengan rakyatnya. Lupa akan kemiskinan, kesengsaraan rakyatnya, dan kami buat mereka cinta sekali pada uang dan kedudukan. Bud, mereka-mereka ini, jika sudah berhasil ditaklukkan, rakyatnya pun mudah dirayu oleh anak buah kakek. Kinerja kakek berbalik dengan kinerja manusia di negeri ini. Yaah, mereka tidak menyadari keberadaan kami, padahal kami adalah musuh nyata mereka, hahahaha”

Kali ini Budi terkagum-kagum dengan cerita si kakek setan.

“ Budi, kamu tahu kenapa kakek ajak ikut serta melihat kinerja anak buah kakek, karena saya ingin kamu menganggap kami adalah musuh yang tangguh untuk manusia sebangasamu. Jangan pernah remehkan bangsa kakek! Pengikut kakek bukan hanya bangsa kakek, bangsa jin ada, manusia pun ada”

“Kenapa kakek memberitahu dan memilih saya? “ Budi masih keheranan tidak mengerti.

Si kakek melanjutkan kembali “ Budi.. Budi.. kalau berperang, tapi musuh tidak tahu bahwa mereka kita perangi, itu sangat tidak menyenangkan! Kamu musti tahu itu ya.. anggaplah kakek ini musuh yang tangguh buatmu”.

“ Jika kakek itu musuk kami, lalu gimana cara mengalahkan kakek” Budi mencoba memberanikan diri bertanya

“ Okee, akan saya beritahu ya Budi.. Sederhana sekali caranya! Yaitu kamu harus takut pada Allah, kamu pun harus taat pada risalah Muhammad. Cuma itu saja Bud.. . Nah, sekarang sudah pukul 6 sore, magribpun akan menjelang, pasukan kakek akan menggoda anak muda untuk menuruti hawa nafsunya. Sekarang kakek antarkan kamu untuk bertemu jasadmu yaa.. “

Budi perlahan membuka mata, tapi pemandangan risuh didapatinya. Dilihat Budi wajah khawatir yang berganti lega dari ayah, ibu, paman, dan saudara-saudara yang mengelilinginya di ruanggan serba putih itu. Setelah beberapa detik Budi menyadari ia tengah terbaring di ruangan rumah sakit. Ibu mengusap dan mengecup keningnya penuh rasa syukur. Lalu bercerita bahwa Budi baru saja selamat dari kecelakaan maut yang merenggut semua nyawa penumpang di bus yang ditumpanginya tadi pagi. Hanya dia yang selamat!

Namun pikiran Budi masih mengawang pada perjalanannya bersama kakek setan. Budi merasa ada pertanyaan yang lupa dilontarkan pada kakek setan itu, tentang apa yang membuatnya membenci manusia.

Asa Adzani




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline