Lihat ke Halaman Asli

Kartini Korban Zaman

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13351754751728190514

Berbicara tentang wanita, awalnya mngingatkan pada ibu di rumah, yang senantiasa memasakkan makanan enak  setiap hati dan paling banyak berbicara jika dalam situasi yang cemas dan keadaan mengkhawatirkan tentang anaknya,Jika berbicara tentang wanita, kembali mengingat  wanita-wanita potret komersil media massa, yang berpenampilan warna-warni ,berusaha menarik perhatian lelaki, terpatut pada busana dan cantiknya,berusaha berperilaku anggun yang di istilahkan dengan kepribadian yang terkadang juga terkesan dibuat-buat bahkan hanya berniat menarik perhatian, bergaya hidup serba bebas yang diistilahkan gaya perkotaan untuk dikatakan wanita modern,nasehat orang tua bahkan orang –orang terdekat untuk meluruskan sedikit dengan komentar, dibalas dengan ketus  dengan anggapan kuno dan tidak bisa berbaur dengan zaman yang sudah berubah.“nak, cobalah berpenampilan yang sopan  dan enak dilihat siapa saja, “ seorang ibu menasehati anaknya dengan lembut dengan jumlah kata yang begitu dipadatkan, diusahakan juga untuk lagi-lagi tidak membuat putrinya tersinggung.“ah, ibu! Kan aku sudah bilang beberapa kali, utk STOP membentuk aku seperti keadaan ibu yang dulu, yang sudah berpuluh-puluh tahun yang lalu, zaman Baeholak! Sekarang zamannya sudah berbeda, aku tidak mau berpenampilan culun, beginilah wanita modern skrng bu, “Hening Berbicara tentang wanita mengingatkan pada berita-berita di media cetak ataupun elektronik yang menandakan semakin meningkatkan presentasi jumlah bayi-bayi mungil tidak berdosa yang ditemukan, di depan pintu rumah ,di rawa, di sungai, bahkan lebih parahnya di tempat sampah, siapaun akan miris menyaksikan atau mendengarnya, bahkan beberapa yang terketuk hatipun spontan berkomentar “ ibunya sungguh biadab, kalo gak mau ya kasih ke saya saja” mama saya selalu berkomentar seperti itu, jadi bisa saya jadikan sample mewakili audiens yang lain, bukan hanya komentar, namun sumpah serapah  bahkan melayang bebas dibawa udara tanpa akhir yang jelas untuk kaum sesamannya, Berbicara tentang wanita mengingatkan pada wanita perkasa seperti yang digambarkan media yang dapat melakukan pekerjaan laki-laki dan memiliki karier lebih hebat dibandingkan laki-laki, serta sukses di berbagai bidang bisnis yang digelutinya.Momentum  yang mengingatkan pada perjuangan sosok wanita pun kembali mengingatkan  pada cekokan gambaran-gambaran yang disuguhkan media massa , secara mendadak tiba-tiba muncul berbagai penobatan-penobatan seperti Kartini masa depan, saya cukup terusik dengan sosok controversial yang tiba-tiba diikatakan perempuan hebat, yang dielu-elukan sebagai wanita masa kini yang  berhasil melanjutkan perjuangan kartini. Seperti yang telah diketahui bersama ,media memiliki pesona persuasive yang luar biasa. terkadang kesalahan dikatakan kebenaran dengan balutan yang diciptakan sedemiikian rupa, sementara lebih dari 75 % konsumen informasi di Indonesia menelan bulat-bulat segala informasi yang disuguhkan, sementara para konsumen cerdas dalam jumlah yang sangat sedikit.Segala apapun yang diterima, akan memiliki perngaruh pada sikap,pola pikir,bahkan ideologi.tidak heran hal itu juga berakibat pada keadaan nyata di Republik ini.Gambaran  nyata seorang wanita sudah terekayasa dan dicemari dengan berbagai perfektif pihak-pihak tertentu, terlbih lagi utnuk urusan komersil.Seperti sedikit gambaran yang sudah saya paparkan sebelumnya, deskripsi tentang sosok wanita saja sudah tergumpal dengan gambaran yang sama dari kebanyakan orang, wanita yang senantiasa ditonjolkan dari kecantikannya dan kepandaiannya dalam bersolek. Momentum dalam mengingat kartini muncullah wanita-wanita molek yang berkebaya,berlenggak-lenggok di catwalk bahkan didepan  ratusan mata ,bukan hanya berlangsung di hotel bintang lima ataupun tempat megah lainnya tapi juga di kelurahan, di pinggiran kota, bahkan di sekolah-sekolah. Mereka menyebutnya sebagai “putri Kartini”.Kartini macam apa?? Sosok seorang raden ajeng kartini bukanlah wanita pesolek, bukan wanita penggoda,apalagi suka menarik perhatian, penampilannya begitu sederhana, anggun, juga santun.Anak penurut yang sangat menghormati orang tuanya, menghormati dan menyayangi saudara-saudaranya ,juga begitu peduli pada lingkungan sekitarnya. Sosok Raden Ajeng Kartini bukanlah wanita yang senang dipuji dan dielu-elukan banyak orang-orang, bukan wanita yang pandai bicara.Dia memiliki cita cita dan mimpi yang hebat tertanam di dadanya. Ia seorang anak yang patuh, seorang istri yang meyenangkan, sekaligus sosok membanggakan untuk sesama kaum hawa negeri ini, bahkan hingga saat ini pun. Ia bukan seorang wanita yang meneriakkan kesamaan gender, namun ia hanya menuntut agar wanita mendapatkan fasilitas sebagaimana didapatkan kaum lelaki. Ia meluapkan ambisinya karena ia menyadari perannya sebagai ibu bangsa , menginginkan seorang pendidik pertama mendapatkan bekal yang layak untuk menanamkan nilai luhur bagi penerus bangsa. Ia seorang yang revolusioner dengan berorientasi pada masa depan. Melihat Indonesia akan bersinar bersamaan  dengan bermunculannya kaum wanita terdidik yang akan mendidik generasi unggulan. Kartini adalah melati untuk negeri ini. Wanginya menentramkan dan membuat tersadar dari tidur panjang yang melenakan. Melati yang membiarkan melati lain dalam  satu batang yang sama  harus mekar seputih dirinya. Apakah  kartini dapat ditemukan di catwalk, atau di sela wajah manis serta anggunnya kebaya seorang wanita?? Rasanya tidak. Negeri ini butuh melati yang mampu mekar seperti kartini. Wanginya tidak hilang ditelan zaman. *Selamat hari Kartini




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline