Emosi: Sahabat atau Penjahat? Jagoin yang Mana?
Sebagai penulis profesional, kita pasti akrab dengan emosi. Deadline mepet, kritik editor, ide yang mandek - semuanya bisa bikin emosi kita naik rollercoaster. Tapi tenang, kita nggak sendirian. Emosi itu kayak karakter pendukung yang selalu ikut main di cerita kehidupan kita.
Masalahnya, kalau karakter pendukung ini jadi ngamuk dan ngambil alih cerita, bisa kacau balau, kan? Nah, itu kenapa penting banget bisa mengelola emosi dengan baik.
Kenali Dulu, Baru Jinakkan
Langkah pertama adalah jadi detektif emosi. Perhati deh, kapan dan kenapa emosi tertentu muncul. Marah kalau dikritik? Sedih kalau ide mentok? Dengan mengenali pemicu emosi, kita bisa lebih siap menghadapi mereka.
Ambil Jeda, Jangan Asal Nggebrak
Emosi yang meluap-luap itu kayak air bah. Nggak bisa langsung dibendung. Jadi, kalau lagi emosi, kasih jeda dulu. Ambil napas dalam, hitung mundur, atau sekedar cuci muka. Jeda ini ngasih kita waktu buat berpikir jernih, bukan asal bertindak yang ujung-ujungnya nyesel.
Cerita itu Penting, tapi Jangan Baperan
Sebagai penulis, kita dituntut untuk peka dan bisa menyampaikan emosi lewat tulisan. Tapi jangan sampai baperan alias terbawa perasaan, ya. Ingat, kita lagi ngerjain cerita, bukan ngalaminnya langsung. Pisahin antara emosi yang kita tuangkan dalam tulisan dengan emosi kita sendiri.
Temukan Pelepas Emosi Andalan