Lihat ke Halaman Asli

Rega, Tak Jual Tampang dan Suara Saja, Tapi Juga Karya

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1424403353631458528

[caption id="attachment_369782" align="aligncenter" width="368" caption="Dok. http://4.bp.blogspot.com/"][/caption]

Sebagian besar masyarakat, terutama kaum remaja, lebih menyukai penyanyi-penyanyi yang memiliki tampang yag rupawan. Kadang mereka tidak ingin tahu bagaimana kualitas yang dimiliki penyanyi tersebut, sehingga banyak kita temukan penyanyi dengan suara rekaman saja, begitu istilahnya. Mungkin memang tidak terlalu penting melihat bagaimana prestasi dari seorang penyanyi, asalkan ada sisi lain yang bisa dijual dari mereka, salah satunya adalah fisik yang mendukung di atas panggung. Di sisi lain, ada juga yang melihat penyanyi dengan kualitas suara mereka, yang tidak kalah saing dengan penyanyi papan atas karpet merah. Kelompok yang satu ini terlihat lebih mengedepankan bagian inti dari seorang yang bergelut di dunia tarik suara. Melihat kedua kelompok ini sebetulnya membuat kita tidak memperhatikan kesungguhan atau prestasi penyanyi yang beredar di industri musik saat ini. Sehingga tak asing bagi kita melihat beberapa penyanyi yang awal-awalnya tenar, kemudian hilang bak di telan bumi.

Fenomena yang saya katakan di atas adalah sesuatu yang sudah menjadi tradisi di Indonesia. Jika melihat kedua sisi tersebut, apakah ada yang salah jika kita hanya memandang itu dari salah satu sisi saja atau bahkan dengan keduanya? Sebetulnya tidak ada yang salah mengenai dari sudut mana seseorang jatuh hati pada seseorang penyanyi yang disukainya. Tetapi ada satu hal yang mesti kita tahu tentang sejauh mana kontribusinya dalam dunia musik itu sangatlah penting sebagai bentuk kualitas dari penyanyi. Lalu, bagaimana melihat kontribusi seorang penyanyi itu ada atau tidak? Memang tidak bisa dipungkiri hal ini sulit untuk diketahui dengan jelas sejauh mana perjalanan mereka dalam meniti karir sebagai penyanyi, tapi paling tidak ada sesuatu yang bisa mereka ciptakan sendiri dari tangan mereka sebagai bentuk kesungguhan mereka untuk berkarya di negeri sendiri. Dalam hal ini yang saya maksudkan adalah menciptakan lagu.

Menciptakan lagu adalah sebuah karya yang berangkat dari sisi penyanyinya; pengalaman hidup, suasana dan perasaaan yang sedang bergulat di hatinya. Ya, paling tidak seorang penyanyi mampu menciptakan sendiri lagu yang ingin dinyanyikannya agar sesuatu yang ingin disampaiknya kena di hati masyarakat. Dengan cara ini, penyanyi bisa berbicara langsung kepada masyarakat tentang apa yang terjadi melalui lirik-lirik lagu yang ditulisnya.

Saya akan beri satu ilustrasi mengenai penyanyi yang menciptakan lagu sendiri dengan yang tidak dalam kehidupan kita. Dalam hal ini saya mengambil contoh ketika seseorang akademisi yang jelas-jelas setiap harinya bergulat dengan ilmu pengetahuan, namun tidak mampu menulis satu buku pun dari hasil belajarnya selama mengenyam pendidikan, hal ini sama dengan penyanyi yang sudah masuk ke industri musik malah tak bisa apa-apa, kecuali menyanyikan karya orang lain. Penyanyi yang demikian banyak di negeri kita, terutama bagi penyanyi solo yang memiliki tampang rupawan, lebih-lebih lagi dengan suara yang menjual. Lalu apa yang salah dengan penyanyi yang menulis lagu sendiri dengan yang tidak? Yang salah memang tidak ada, tapi hal ini menjadi pertimbangan bagaimana karya yang baik adalah karya yang tercipta dari tangan sendiri. Saya ingin mengajak kita semua melihat beberapa penyanyi senior yang menciptakan lagu sendiri dan hasilnya adalah karya mereka hidup hingga sampai sekarang.

Penyanyi seperti Ebit G. Ade misalnya. Mungkin tidak asing lagi di telinga kita dengan nama ini dengan lagu-lagunya yang serba berisi edukasi bagi setiap kalangan.  Ini mencontohkan bahwa lagu itu adalah senjata untuk berbicara dengan semua orang melalui proses pengalaman, perenungan dan jalan yang lainnya, salah satu lagu yang selalu terngiang-ngiang adalah lagu yang berjudul “berita kepada kawan”. Anak kecil, remaja, dewasa hingga kaum manula pun banyak yang mengenal lagu tersebut.

Begitu pun dengan penyanyi pendatang baru yang lahir dengan prestasi yang hebat, Rega. Adalah seorang penyanyi muda berbakat yang serba bisa. Bisa bermain musik, suaranya bagus, dan yang tak kalah pentingnya adalah mampu menciptakan lagu sendiri. Rega hadir dengan paket yang begitu komplit sebagai aura seorang bintang yang baru. Dan lagu yang telah ciptakannya tidak hanya hitungan 1 sampai 10 saja, malah sudah mencapai kurang lebih 50 lagu yang tertulis dari takdirnya. Coba bayangkan generasi penyayi yang demikian akan lebih menyadari sebuah makna lagu yang ingin disampaikanya. Lagu tersebut jelas merupakan curahan hati untuk berbicara kepada khalayak banyak terutama mewakili kaum remaja yang sedang bergumul dengan dunia mereka. Dengan kemampuan menciptakan lagu sendiri, siapa pun akan mudah terhubung dengan denyutan makna yang ingin disampaikan.

Kalau memperhatikan para penyanyi seperti Ebit G. Ade dan yang lainnya, lagu yang mereka sampaikan begitu mengenai di hati masyarakat, padahal mereka tidak menyanyi dengan teknik yang digembar-gemborkan oleh penyanyi kita sekarang. Sederhana, namun berisi, sehingga makna benar-benar sampai ke hati. Jadi bisa kita lihat dan rasakan sendiri bagaimana lagu-lagu mereka bertahan hingga menuruti setiap zaman.

Saya sempat bertanya kepada beberapa teman mengenai penyanyi sekarang. Dan jawaban mereka hampir sama.

“Menurut kalian, apa sih beda penyanyi sekarang dan penyanyi dulu?” tanya saya.

“Kalau dulu, penyanyi bernyanyi dengan hati, kalau sekarang penyanyi bernyanyi dengan bayaran saja” jawab teman saya meledek.

“Terus, kalau dulu lagu-lagunya berbicara kehidupan yang dalam, kalau sekarang lagu-lagunya pada alay-alay. Ya menyesuaikan trend yang sedang booming di masyarakat” sambung teman saya yang lain.

Saya hanya bisa tertawa dan menenungi hal demikian, karena memang apa yang mereka ucapkan adalah fakta saat ini. Nah, dari ucapan teman-teman saya tadi, saya ingat ucapan Rega bahwa kalau ia tidak menciptakan lagu dengan hal-hal yang aneh, yang lagi booming di masyarakat, melainkan menciptakan lagu berangkat dari pengalaman pribadi, atau kadang bisa dari hasil curhatan para sahabatnya. “Pengalaman pribadi banget” ujar Rega kepada para kompasianer saat acara Ngulik Bareng MeetTheLabel (13/2/15).

Lagunya yang berjudul “Takkan lagi” adalah salah satu dari buah karyanya yang terinspirasi dari salah satu penyanyi papan atas di Tanah Air. Ini adalah bukti bahwa Rega bukan hanya datang sebagai penyanyi, namun juga penyair karena mampu berbicara dengan bahasanya sendiri. Dan yang menjadi nilai tambahan juga adalah selalu belajar dari penyanyi-penyanyi hebat, hasilnya adalah lagu “Takkan lagi”.

Dengan kepiawaian menciptakan lagu, kemudian di tambah dengan prinsipnya yang tidak ikut-ikut dengan dunia yang serba alay, Rega mampu menjadi penyanyi yang berdiri dengan sendirinya. Ia lebih bisa menghargai diri sendiri dengan terus produktif berkarya tanpa tergantung lagu dari orang lain. Bisa saya simpulkan bahwa Rega merupakan penyanyi yang mandiri serta serba bisa. Soal tampang dan suara, Rega tidak diragukan lagi. Namun soal kemahiran menciptakan lagu adalah nilai jual yang tidak kalah dengan tampang dan suaranya. Rega tidak hanya menjadi tamu yang hanya menumpang tenar saja, tapi juga hadir dengan kehebatanya. Ia memberikan kontribusi dalam usia mudanya untuk benar-benar menjalani dunianya sebagai penyanyi dengan sepenuh hati.

Menjadi penyanyi dengan kualitas yang dimiliki Rega adalah nilai yang jarang ditemukan pada penyanyi lain, terutama penyanyi muda. Saya katakan demikian bukan berarti penyanyi yang tidak menciptakan lagu itu tidak berkualitas, hanya saja nilia tambahnya yang kurang dan ketergantungan mereka dengan karya orang lain. Ya, jika kembali pada contoh yang saya berikan, sama saja dengan akademisi yang sudah punya tittle hingga doktor, tetapi tidak memiliki karya sendiri, seolah-olah sia-sia saja ilmu yang mereka dapatkan. Begitu pun dengan penyanyi yang sudah lama bergelut, namun tidak berhasil menciptakan lagu sendiri.

Sosok Rega yang masih sangat muda sangat membutuhkan dukungan kita semua. Ia adalah harta bangsa, layaknya Ebit G. Ade, Iwan Fals, yang mudanya pasti melalui proses yang dialami oleh Rega. Dan sekarang kita dengar karya mereka mampu terus hidup mengikuti zaman, berharap hal demikian juga mengikuti pemuda berbakat seperti Rega. Kepada para kompasianer Rega mengungkapkan kalau ia akan terus belajar untuk menciptkan karya besar bagi masyarakat. Selain itu ia juga menambahkan bahwa menjadi penyanyi adalah cita-cita terbesarnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline