Lihat ke Halaman Asli

Cara Mengenalkan Allah Sejak Dini kepada Anak

Diperbarui: 18 Juli 2015   15:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Tidak hanya istimewa buat kita yang sudah dewasa, lebaran juga merupakan hari yang special dan istimewa bagi anak – anak. Tak terkecuali untuk kedua anak saya, Erlan Danish Rasendriya dan adiknya Rizal Achmad Ardana.

Menjelang akhir – akhir bulan Ramadhan kemarin, kedua anak saya selalu menanyakan “sudah lebaran na pa…”

Dan, begitu adzan Maghrib berkumandang dan setelah mereka selesai berjamaah ibadah sholat maghrib, betapa gembiranya anak – anak.

Ya, anak – anak sangat senang dan gembira begitu mendengar suara gema takbir berkumandang. Pikiran mereka untuk bisa bertakbir keliling bersama teman – temannya akan segera terlaksana.

Meskipun kegiatan takbir keliling dimulai habis Isya’, sejak selesai sholat Maghrib, saya lihat anak – anak sudah tidak tenang untuk segera memulai takbir keliling.

Anak – anak mulai mempersiapkan obornya masing – masing, kemudian mencari Wildan dan Nacha (temannya yang juga tetangga sebelah rumah saya). Mereka berkumpul dengan membawa obor masing – masing. Saya lihat dari kejauhan, bersama mereka menyalakan obornya.

Akhirnya, adzan Isya’ pun berkumandang, dan segera anak – anak berlari menuju musholla yang ada di dekat rumah untuk menunaikan ibadah sholat Isya’. Begitu selesai, mereka segera meminta saya untuk mengantar berangkat ke masjid.

Begitu sampai di masjid, segera mereka bergabung dengan teman – tamnnya (padahal sebelumnya mereka belum saling kenal) membentuk barisan yang sudah siap untuk berangkat bertakbir keliling.

Setelah semuanya siap, akhirnya panitia takbir keliling memberangkatkannya
“Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Allaahu akbar.....
Laa - ilaaha - illallaahu wallaahu akbar.
Allaahu akbar walillaahil – hamd”.

Gema takbir terus berkumandang, dan anak – anak terlihat sangat senang mengikutinya. Meskipun jaraknya tidak terlalu jauh buat mereka yang dewasa (kurang lebih 1 km), tetapi buat seperti Danish, Rizal, dan anak lainnya yang masih berusia kurang dari 7 tahun adalah jarak yang lumayan.

Tetapi, Alhamdulillah, sedikitpun mereka tidak mengeluh capek. Saya yang mendampingi di sebelahnya dengan naik sepeda motor, beberapa kali menawarinya untuk naik sepeda tetapi mereka tidak pernah mau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline