Lihat ke Halaman Asli

Negeri Sekepal Tanah Surga

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Rindu...

Begitulah yang kurasakan. Aku sangat merindukannya. Rindu yang menggebu-gebu layaknya sepasang kekasih yang terpisahkan oleh jarak dan waktu. Layaknya sejoli yang dimabuk cinta dan tak pernah bertemu dalam waktu yang lama. Semua tentangnya. Semua yang ada padanya. Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Semua tanpa judul, tanpa syarat, tanpa batas, terbentuk secara alami, dan tanpa paksaan. Ahh.. aku sangat meridukannya.

Kota kelahiranku. Yaaa sekarang berjudul kota, bukan kabupaten lagi. Aku merindukan semilir angin di sore hari yang sering menampar wajahku dengan tamparan lembutnya. Aku merindukan kesejukan yang  tidak kudapati di negeri manapun yang pernah ku jajaki. Disana aku lahir, dibesarkan, dan merasakan suka duka yang tiada kujumpai di negeri lain.

Delapan belas tahun bukan waktu yang pendek untuk menciptakan sebuah kenangan. Delapan belas tahun tanpa pernah tercerai berai dengannya. Selama delapan belas tahun tercipta suka dan duka yang takkan pernah terlupakan.

Disanalah aku dilahirkan. Disanalah aku menghabiskan masa kanak-kanakku, masa remajaku, masa pubertasku, dan masa peralihanku menuju proses pendewasaan. Ahh,,,sungguh tak ternilai jika materi sebagai tolak ukurnya. Sungguh tak terbeli jika uang sebagai nominalnya. Sungguh tak tergadaikan dengan masa kini jika diartikan sebagai sebuah keberhasilan atau kebahagiaan.

Disanalah aku menciptakan kenakalan-kenakalan kanak-kanakku. Disanalah aku menjalani masa remaja dengan problem pubertas. Disanalah aku menghabiskan berjuta-juta pagi, siang dan malam dengan aktifitas yang syarat dengan pertualangan. Tak jarang ada suka, tak jarang ada duka yang terselip. Tapi semua terasa indah, indah tiada terkira, indah tiada terdefenisikan, indah tiada tergantikan.

Hingga di usia 18 tahun...

Masa penghujung remaja dan masa awal untuk melakukan petualangan untuk meraih sebuah kedewasaan. Kota itu aku tinggalkan. Aku tinggalkan untuk sebuah pengharapan dalam membangun masa depan dan menciptakan sebuah cit-cita. Aku meninggalkannya denga semua kenangan yang ada. Ada rasa sedih, ada rasa bahagia. Sedih karena begitu banyak kenangan tercipta disana. Bahagia karena sebentar lagi petualangan baru akan segera dimulai ditempat yang baru.

Dan kini...sebelas tahun setelah masa delapan belas tahun itu...

Dia kukunjungi hanya sesekali. Setiap kukunjungi banyak hal yang berubah tentunya. Begitu pula aku. Banyak yang berubah dari diriku. Tapi satu yang takkan pernah berubah, rasa cintaku padanya takkan lekang oleh waktu. Meskipun berbagai negeri telah aku kunjungi, berbagai petualangan telah aku ciptakan di tempat lain. Dia tak tergantikan dihatiku.

Negeri kelahiranku...Negeri sekepal tanah surga...Begitu yang pernah dijuluki oleh orang-orang...

Kota Sungai Penuh, Yang dulu masih bernama Kabupaten Kerinci...Sebuah kota disalah satu sudut Provinsi jambi...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline