Lihat ke Halaman Asli

Saat Tuhan Bersemayam

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1290649291914854391

Sebagian orang berujar bahwa kehidupan manusia adalah pengembaraan di dunia.Dalam pengembaraannya,manusia bersosialisasi dengan sesamanya.Membentuk sebuah laku yang kemudian dalam sublimasinya menjadi kebudayaan.Di sisi yang lain,pengembaraan seringkali menghadapi aral.Halangan,rintangan.Juga ketidakpastian.Dan terlebih lagi manusia harus berhadapan dengan absurditas.Hal-hal yang tak berjawab.Yang seringkali muaranya adalah hanya sebuah keniscayaan.Keadaan demikian membuat manusia mengolah kembali lakunya.Saat mana sosialisasi tak cukup tangkas mengawal pengembaraan.Saat kebudayaan berkurang temaramnya sebagai sang pengejawantah asa dan karsa.Manusia kemudian mengolah laku mendekatkan diri dan kesejatiannya pada Khaliknya.Tuhan,Sang Maha. Saat manusia mengolah laku bagi sublimasi keberadaan dan kesejatian pada Tuhan,semua nuansa sosial dan budaya diolah bagi sebuah devosi.Penyembahan,kepada Tuhan Sang Maha.Maka agama bukan saja ritual melainkan sebuah wahana suci.Karsa mengejawantah dalam karya.Seni yang luhur.Devosi estetis dan artistik bagi Tuhan.Jiwa yang ngungun mengharap agar ada SAAT TUHAN BERSEMAYAM. Saat Tuhan bersemayam adalah satu momentum keIlahian yang layak untuk dirayakan.Dalam ranah musik,terdapat upaya "perayaan" bagi saat Tuhan bersemayam.Yakni dengan perwujudan karya berupa alat musik yang kesejatiannya adalah sebuah perayaan bagi saat Tuhan bersemayam.Alat musik yang dimaksud adalah PIPE ORGAN ATAU ORGAN PIPA lazim juga disebut ORGEL. Read more: http://imajiner07.blogspot.com/2013/08/saat-tuhan-bersemayam-by-michael-gunadi.html




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline