“Sekarang coba kalian ceritakan pada saya, siapapun boleh artis atau orang biasa yang paling kalian kagumi.” Pertanyaan itu terlontar dari mulut seorang pemilik production house cukup ternama di Indonesia. Oh ya, aku sedang kasting siang ini di bilangan Salemba Jakarta Pusat. Seperti yang kalian tahu, aku melewati jalan cukup panjang untuk kesini. Semuanya bermula dari mimpi ku yang ingin menjadi bintang televisi. Dari Surabaya, aku berangkat ke Jakarta menjalani serangkaian pemotretan ulang, kasting iklan dan sinetron hingga berada di ruangan ini untuk sesi wawancara. Kini giliranku ..
“Saya ngefans sama mama” logat surabaya ku tak terelakkan
“Emangnya kenapa mamamu? Dia artis?” respon sengak itu kudengar sedikit menusuk. Well, apa salahnya kalau mamaku hanya orang biasa?
“Ibu itu pahlawan buat anaknya. Mama saya berhasil menjadi single parent yang baik hampir satu tahun ini.” Ku jawab setenang mungkin sambil berusaha menahan linangan air mata.
Ku langkahkan kaki gontai menuruni tangga usai sesi interview, berpamitan sejenak dengan orang-orang yang ku kenal barusan di tempat ini, lalu menghampiri mama yang bergerumbul dengan mama-mama yang lain. Wajahnya berbinar menyambutku.
“Yak opo kasting e? (gimana kastingnya?)”
“Lancar ma..” aku tak berbohong.. aku menghafal skrip di luar kepala, sesi kasting iklan pun berhasil aku improvisasi sedemikian rupa. Akting yang dibilang cukup sempurna oleh sang sutradara.
Ku cium pipinya yang mulai ditutupi peluh keringat akibat panasnya kota jakarta. Ia masih saja terlihat cantik. Kulit putih dan wajah khasnya membuat ia terlihat masih berusia 40 tahun, padahal usianya menginjak angka 50 tahun. Aku bersyukur memiliki wanita cantik ini sebagai ibuku. Sebentuk wanita tangguh. Tempat persinggahan terakhir ayah hingga kematiannya.
Ia satu-satunya orang yang akan aku bahagiakan pada akhirnya. Satu-satunya keluarga kandungku mengingat aku anak tunggal. Yang akan menjadi wali nikahku, yang akan menjadi kunci menuju surga, yang masih mencintaiku disaat aku melakukan segudang kesalahan yang tak termaafkan.
Lembut wanita karena senyumnya
Patuh wanita karena kesetiaannya
Sabar wanita karena imannya
Lemah wanita karena airmatanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H