Pagi ini, seperti biasa sebelum memulai aktifitas di kantor saya menyempatkan untuk membaca koran lokal setempat. Awalnya tidak ada hal yang menarik perhatian kedua bola mataku hingga akhirnya mata ini menemukan judul artikel tulisan : "Kebahagiaan Orang Indonesia Meningkat". Sontak saya pun ingin segera mengembat bacaan tersebut.
Sebelum membahas lebih dalam, mari kita sepati terlebih dahulu arti dari kata kebahagiaan tersebut. Kata Kebahagiaan atau kegembiraan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan,cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan yang intens. Definisi tersebut mengutip dari Happiness. Sepakat dengan definisi itu... Artikel yang saya baca di koran lokal Pontianak tersebut mencoba membahas mengenai hasil Badan Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) tahun 2014 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Dari hasil survei tersebut BPS mengklaim bahwa tindeks kebahagiaan Indonesia naik jika dibandingkan dengan tahun 2013… hhhmmmm…. pertanyaan saya benarkah begitu … ??? Survei yang melibatkan responden 70.631 rumah tangga itu katanya disebarkan di seluruh provinsi Indonesia dengan range umur 17-65 tahun. Dengan jumlah responden berdasarkan jenis kelamin yang seimbang. Perempuan sebesar 49,05 persen dan laki-laki sebesar 50,98 persen. Pertanyaan saya jika benar di sebarkan di seluruh Provinsi, kapan kira-kira tepatnya kuisioner tersebut di sebar… ? Kenapa saya tidak sekalipun mendapatkan atau menemukan survei tersebut, tidak juga dengan kawan atau kerabat saya yang lain dimana hampir tersebar di beberapa provinsi di Indonesia ? Sehubungan dengan penyebaran kuisioner seolah memicu saya untuk jauh lebih bertanya mengenai tools apa yang digunakan untuk survei tersebut ? Skala likert kah, ANOVA kah, atau yang lain…??? Semakin dalam semakin sip, yang begitulah pikirku sewaktu membaca. Semakin dalam di baca semakin banyak data menarik yang ditampilkan dari artikel tersebut. Ada tiga aspek kehidupan yang memiliki kontribusi tertinggi untuk menentukan "kebahagiaan" dari survei tersebut. Tiga aspek itu meliputi : pendapatan rumah tangga (14,64 persen); kondisi rumah dan aset (13,22 persen), dan tentu yang terakhir adalah pekerjaan (13,12 persen). Pertanyaan barupun muncul dikepala saya mengenai ketiga aspek tersebut. Jika benar ketiga aspek tersebut yang dijadikan indikator kebahagiaan seseorang, kenapa misalnya sebagian para selebriti/politisi/konglemerat,dll masih kerap merasa kesepian dan hambar dalam kehidupan mereka dan tak jarang mengantarkan mereka kedalam gua hitam dengan penggunaan Narkoba…? Padahal jika kita menilik tentu ketiga aspek tersebut dimiliki oleh mereka. Bahkan mungkin ada aspek-aspek lain diluar ketiga aspek tersebut juga dimiliki oleh orang-orang yang saya sebutkan diatas… ? Sehingga saya sepertinya sedikit kurang setuju apabila ketiga aspek tersebut dijadikan indikator untuk menentukan "kebahagiaan". Selain itu, artikel tersebut sontak sedikit membuatku tersenyum nyinyir, merasa konyol dan lain-lain ketika menyajikan data bahwa Ternyata ….. tingkat kebahagiaan penduduk perempuan lebih tinggi jika dibandingkan dengan laki-laki. Pada 2013, tingkat kebahagiaan perempuan mencapai 65,57 persen (laki-laki 64,58%) dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 68,61 persen (laki-laki 67,94%). Fakta menarik lainnya yang ungkapkan dari artikel tersebut tentu membelalakan kedua retina saya. Dari hasil survei tersebut ditemukan bahwa penduduk yang berstatus belum menikah/jomblo memiliki tingkat kebahagiaan sedikit lebih tinggi (68,77%) jika dibandingkan dengan penduduk yang berstatus menikah (68,74%) atau penduduk yang bercerai (65,04%). Di akhir artikel tersebut menunjukkan statement bahwa tingkat pendidikan juga memiliki andil untuk menentukan kebahagiaan seseorang kurang lebih berbunyi seperti ini "Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semaking tinggi indeks kebahagiaannya". Indeks kebahagiaan tertinggi ada pada penduduk dengan tingkat pendidikan S2 dan S3 dengan jumlah persentase sebesar 79,74 persen...Woow do you agree about this…. ? Sedangkan penduduk yang tidak atau belum pernah bersekolah memiliki indeks kebagiaan yang paling rendah yaitu sebesar 62,95 persen. Sehingga berdasarkan artikel yang saya baca dari koran lokal pontianak, ijinkan saya untuk memberikan kesimpulan bahwa berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik mengenai Pengukuran Tingkat Kebahagiaan Penduduk Indonesia dimana survei tersebut dilakukan di seluruh Provinsi dengan range usia 17-65, penduduk yang memiliki tingkat kebahagiaan lebih tinggi adalah penduduk (wanita) yang belum memiliki pasangan, belum menikah dan dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Jika benar memang begitu ada, kesimpulan tersebut mengingatkan saya pada judul dan lirik lagu dari Chindy Lauper : " That's all they really want Some fun When the working day is done girls just want to have fun " …. #For me; The happiness is in your hands… go through and found that for your soul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H