Lihat ke Halaman Asli

Rokok : Ke Gunung Pun akan Kucari

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13694839961871266987

[caption id="attachment_255857" align="aligncenter" width="640" caption="Ada gula ada semut ..."][/caption] Pernahkah anda kesal dengan perokok yang ada di bis ? atau di angkot ? atau ditempat umum lainnya ? kalo ya, sama ! Pernahkah anda tidak habis pikir dengan perokok yang menghabiskan biaya rokok lebih besar dari biaya makannya ? kalo ya, sama ! Pernahkah anda bingung melihat seseorang kebingungan mencari warung rokok ? saya rasa tidak :) … Ya.. rokok ada dimana pun. Termasuk di tempat luar biasa ini …. Akhir April lalu. Saya dan teman-teman mengadakan pendakian gunung Gede, Cibodas, Jawa Barat. Mencoba keluar dari rutinitas perkotaan, untuk mengistirahatkan mata dan pikiran. Secara singkat, untuk menuju puncak gunung Gede, terdapat beberapa pos. Pos adalah tempat para pendaki beristirahat, sebelum melanjutkan pendakian. Pos terakhir ada di Kandang Badak. Ketika di Kandang Badak, terdapat puluhan tenda yang diisi ratusan pendaki. Waktu itu memang sedang ramai sekali… Minggu pagi, kami mulai perjalanan menuju puncak gunung Gede. Ada beberapa motivasi kami untuk mencapai puncaknya, yang paling saya ingat adalah adanya nasi uduk di puncak gunung hehehe. Ya, saya juga bingung ketika mendengar itu … ternyata ada penjual nasi uduk di puncak gunung Gede !!! Setelah mencapai puncak, ternyata benar, disana ada beberapa penjual nasi uduk. Disamping itu juga ada penjual kopi dan mi instan. Kami menyempatkan diri untuk menikmati hidangan pagi di puncak gunung itu. Ketika itu, saya baru memahami mengapa orang-orang tidak perlu membawa banyak bekal dari kandang Badak :p.. Saya melihat penjual kopi itu merokok. Sempat kaget. Maklum saja, saya baru beberapa kali naik gunung dan baru satu kali melihat pemandangan seperti itu. Selama ini, saya berpikiran sempit, saya selalu percaya bahwa orang-orang yang sampai ke puncak gunung adalah para pencinta alam dan para pencinta alam umumnya tidak merokok di atas gunung hehehe… ternyata pikiran yang benar-benar polos… Sambil merokok, penjual itu melayani para pembeli, tentunya termasuk saya. Biasanya saya akan menjauh dari perokok, tapi karena pagi itu kopi panas begitu menggoda, maka saya dekati juga penjual kopi itu. Malah sempat ngobrol-ngobrol … “bapak tiap hari jualan disini ?” “Iya … biasanya sampe siang… t’rus turun.. ke gunung Putri ..” “Yang beli biasanya rame ?” “Tergantung musimnya … kalau musim gini nih, rame …” “Laris manis donk pak ?” “ya begitu lah …” “biasanya yang paling laris apa pak ?” “Kalo jam segini kopi… kira-kira sejam lagi rokok lah …” “Rokok ?ada yang beli ?”, saya bertanya dengan ekspresi kaget. “Iya … yang paling laku yang ini. Kalo ga laku mah, mana mungkin dijual. Ada yang nyari, ya kita sediain “, kata si bapak sambil mengambil bungkusan rokok dari tas nya. Wewwwww… beneran kaget. Ternyata …. dari utara sampai ke selatan, dari sabang sampai merauke, dari laut sampai ke puncak gunung, rokok benar-benar eksis !!!! Dan menurut si bapak, cukup laris. Karena saya bukan perokok, maka saya bisa saja menyebutkan alasan-alasan mengapa seseorang harus menghindari rokok. Tapi, bagi perokoknya ? Ya, mereka pun bisa menyebutkan alasan-alasan mengapa mereka tetap merokok … terserah lah… Kalau masih remaja, saya cenderung berani untuk ngoceh-ngoceh tentang bahaya merokok. Tapi kalau sudah bapak-bapak atau kakek-kakek, biarlah mereka sadar sendiri. Seperti kata seorang Oom yang juga rombongan pendakian kami “saya mah langsung berhenti… gak ada tuh yang namanya bertahap-bertahap. berhenti karena waktu itu anak saya lahir. sayang anak, ya saya berhenti. cukup !” Setuju Oom !!!!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline