Lihat ke Halaman Asli

Mastur Sonsaka

Penghamba kebenaran

Keterampilan Abad 21 dalam Narasi Publik

Diperbarui: 22 Maret 2021   00:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap zaman memiliki logika dan tantangannya, episteme atau semangat zaman istilah lainnya. Sebelum abad ke-IX disebut the dark age (abad kegelapan) bagi peradaban barat, lalu muncul renaissance di Prancis dan aufklarung di Jerman sebagai penanda zaman pencerahan dan di saat perdaban berat berada dalam kegelapan (the dark age), peradaban Islam berada pada masa keemasannya. 

Begitulah zaman dengan segala logika dan tantangannya silih berganti namun tetap dalam satu kontinum keberlanjutan yang saling mengoreksi dan melengkapi.

Kini kita masuk pada zaman baru (the new era) yang ditandai dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang satu sisinya penting dan bermanfaat bagi kehidupan dan peradaban umat manusia, namun sisinya yang lain mengancam eksistensi dan keberlangsungan peradaban umat manusia itu sendiri. 

Era baru ini disebut era milleneum dengan logika dan tantngan yang mengikutinya seperti juga era-era sebelumnya. Oleh sebab itula diperlukan keterampilan teoritis-konseptual sekaligus praktis dalam menghadapi era baru ini. 

Adalah keterampilan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah (critical thinking and problem solving), kreativitas dan inovasi (creativity and innovation), keterampilan komunikasi (communication skill) dan keterampilan bekerjasama (ability to work collaboratively) merupakan empat keterampilan utama yang diyakini menjadi jawaban dalam menghadapi tantangan zaman ini, sehingga semua resources terutama pendidikan diarahkan untuk mencapai empat keterampilan tersebut. Namun apakah ruang public sudah menunjukkan fenomena ketercapaian empat keterampilan tersebut?

Berpikir Kritis dan Menyelesaikan Masalah

Berpikir kritis (critical thinking) merupakan kemampuan untuk memahami sebuah masalah yang rumit, mengkoneksikan informasi satu dengan informasi lain, sehingga akan muncul berbagai perspektif, dan menemukan solusi dari suatu permasalahan. Critical thinking dimaknai juga sebagai kemampuan menalar, memahami dan membuat pilihan yang rumit; memahami interkoneksi antara sistem, menyusun, mengungkapkan, menganalisis, dan menyelesaikan masalah. 

Keterampilan berpikir kritis merupakan hal yang penting untuk dimiliki peserta didik di tengah derasnya arus informasi di era digital, Kemampuan membedakan kebenaran dari kebohongan, fakta dari opini, atau fiksi dari non-fiksi, merupakan salah satu modal bagi peserta didik untuk mengambil keputusan dengan lebih bijak sepanjang hidupnya.

Kreativitas dan Inovasi

Creativity (kreatifitas) merupakan kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda. Kreativitas juga didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menciptakan penggabungan baru. Kreativitas akan sangat tergantung kepada pemikiran kreatif seseorang, yaitu proses akal budi seseorang dalam menciptakan gagasan baru. 

Kreativitas yang bisa menghasilkan penemuan-penemuan baru sering disebut sebagai inovasi. Era teknologi ditandari dengan semakin banyak pekerjaan yang diambil alih oleh mesin di masa depan. Berpikir kreatif dalam menciptakan berbagai inovasi baru adalah salah satu keterampilan abad 21 yang akan membuat seseorang mampu bertahan dan tidak tergantikan oleh robot atau mesin di bidang pekerjaannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline