Dunia literasi kini menjadi begitu luas terbuka bagi semua orang. Siapa saja, baik anak-anak hingga tua renta, dapat menikmati jutaan tulisan secara gratis, asalkan memiliki akun.
Begitu juga bagi penulis. Menerbitkan sebuah buku tidak lagi menjadi patokan. Mereka tetap bisa meraup rupiah dengan cerita yang dibuat, khususnya karya fiksi.
Sayangnya, kini tengah terjadi degradasi secara besar-besaran dalam dunia literasi. Semuanya bebas sebebas-bebasnya tanpa terkendali.
Dulu, cerita dewasa menjadi bahan bacaan tabu dan tertutup. Pun penulisnya, umumnya para penulis senior.
Tapi tidak untuk saat ini.
Berbagai tulisan mesum nan menggairahkan itu sudah bebas diakses secara umum tanpa filter.
Tidak tanggung-tanggung, jumlah pembacanya --mayoritas kaum hawa-- membludak tak terkendali. Hampir semua cerita mesum meraih rating tinggi di berbagai platform menulis.
Tidak hanya cerita heteroseksual, semua genre mesum bisa kita dapati secara gratis. Setiap hari, ratusan bahkan ribuan cerita bersambung itu tetap digemari pembaca. Hal ini dibuktikan dengan jumlah like dan view pada satu tulisan yang belum mencapai satu jam penayangan.
Parahnya, jika kita menyusuri para penulis cerita mesum tersebut, selain penulis senior, sebagian besar justru ditulis oleh pemula.
Pemula maksudnya, penulis remaja, berkisar antara 13 - 18 tahun. Dan, jangan terkejut, ada beberapa penulis justru masih duduk di bangku Sekolah Dan (SD).
Walau usia terbilang masih bau kencur, dalam hal menulis cerita mesum, bukan berarti mereka kalah dari para senior. Bahkan penulis pemula ini lebih berani menulis secara detail dan vulgar setiap adegan seks. Walau harus diakui, beberapa adegan cacat logika.