Lihat ke Halaman Asli

Aku Bukan Wanita Penggoda

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13315628861524063265

kutatap sebentuk wajah dalam cermin. wajah dengan mata yang bulat, hidung yang mancung dan segaris bibir tipis nan mungil. alis yang tidak tebal namun dengan bentuk yang tegas, setegas garis rahang yang membingkai wajah ini. bagiku bentuk rupa ini sangatlah biasa tapi banyak orang yang mengatakan bahwa wajah ini elok rupa. entah apa indikasi yang mereka temukan sehingga mengatakan bahwa wajah ini bisa mengalihkan pandangan setiap orang yang melihatnya. cantik...bagiku sangatlah relatif dan kalau boleh kuakui, terus terang aku tidak pernah merasa cantik dan aku juga tidak begitu suka mereka yang menilai aku cantik hanya karena penampilan luarku saja, karena bagiku isi didalamnya lebih penting daripada penampilan fisik semata. aku juga bukan orang yang mudah bergaul karena selalu butuh waktu agak lama bagiku untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru. hampir semua orang yang mengenalku pernah mengatakan bahwa kesan pertama mereka tentang aku adalah tipe orang yang pendiam bahkan banyak juga yang mengatakan aku agak sombong karena sikap diamku. sikap diam dan cuekku rupanya tidak banyak berpengaruh pada mereka yang telah lama mengenalku, justru dengan sikapku ini banyak teman yang malah mendekat dan kadang mempercayaiku sebagai tempat curhat mereka dikala ada masalah. lain halnya yang terjadi pada lawan jenisku, mereka justru menganggap sikap diam dan cuekku ini sebagai tantangan. aku sendiri kadang heran kenapa banyak laki-laki yang merasa ge er terhadapku. sikapku yang mana yang mereka anggap sebagai godaan bagi mereka. padahal aku selalu bersikap sebagaimana wanita biasa dan tak pernah berusaha menarik perhatian mereka. jadi bukan salahku jika banyak pria yang merasa tergoda. seperti halnya laki-laki lain yang pernah mengejar-ngejarku, agus bukanlah tipe orang yang mudah menyerah menghadapi sikap cuekku. malah terkadang sikap gigihnya membuatku sedikit jengah. "Nindi,,,sebenarnya apa kekuranganku sehingga kau tak pernah membuka hatimu untukku?" tanyanya padaku pada suatu kesempatan. sore itu aku baru menyelesaikan putaran terakhir joggingku di lapangan kampus. nafasku belum juga normal dan dia melontarkan pertanyaan itu dengan nada yang serius dan sedikit memelas. "satu lagi pria idiot yang tak menyadari kebodohannya"  bisikku dalam hati. namun kalimat itu urung aku lontarkan dan hanya menarik bibirku membentuk sebuah garis lengkung yang tak jelas. dan akupun berlalu darinya  tanpa sepatah katapun terucap. kudengar langkah kaki berusaha mensejajari langkahku. rupanya Agus tidak menyerah begitu saja. "Nindi...please jawab pertanyaanku. kamu tahu pasti bagaimana perasaanku padamu. berikan kesempatan padaku tuk mencoba meluluhkan perasaanmu!" aku hanya menoleh padanya dan terus melangkahkan kakiku. "aku akan lakukan apa saja dan memberikanmu apa saja supaya kau mau menerimaku disisimu". lanjut agus. kali ini aku menghentikan langkahku. kalimatnya yang terakhir telah membuat telingaku jadi panas dan amarahku mulai naik. dengan tatapan mata yang sangat tajam kutatap dalam-dalam matanya sembari kukatakan, "menjauhlah dariku". agus sangat terkejut dengan respon yang kuberikan. "Agus Prakoso, kau kira harta dan kekuasaan orang tuamu bisa membeli perasaan cinta seseorang?" "sebagai seorang sahabat, aku sangat menyayangimu lebih dari teman-teman kita yang lain. tapi kenapa kau tidak puas dengan persahabatan kita dan menginginkan sesuatu yang lebih.  sesuatu yang bisa menghancurkan persahabatan kita yang indah ini?". Dia tertegun dengan apa yang kukatakan dan sebelum sempat dia berkata, aku terus mengeluarkan  semua yang ada dikepalaku. "kau lelaki yang baik dan tampan, kau bisa cari gadis yang lain yang lebih segala-galanya dariku. dan kita tetap bisa bersahabat sampai tua nanti." lanjutku. "jangan kau paksa aku tuk menumbuhkan perasaan yang sama denganmu, bagiku cukup kita berteman saja seperti saat ini. dan biarlah smuanya tetap begini selamanya". tatapan matanya yang sendu membuat nada bicaraku mulai melunak. "tapi nin....aku sangat mencintaimu dan ingin memilikimu disisiku selamanya." ungkap agus dengan sangat lirih bahkan aku hampir tak bisa mendengarnya. "maafkan aku gus karena tidak bisa membalas perasaanmu. aku tidak bisa memaksakan diri tuk menumbuhkan perasaan ini karena aku telah dijodohkan orang tuaku dikampung halaman." kataku dengan nada tegas "apakah kau mencintainya nin???" tanya agus "jangan kau tanya masalah perasaanku gus, aku menerima perjodohan ini dengan lapang hati karena memang beginilah adat di kampung halamanku." "perjodohan ini bukan masalah cinta gus, tapi inilah baktiku kepada kedua orangtuaku". lanjutku "aku akan merasa sangat bahagia jika bisa berbakti dan membahagiakan orangtuaku". dan sebelum aku melanjutkan kalimatku tiba-tiba ponsel disaku celanaku bergetar tanda sebuah pesan masuk. ku raih ponselku dan membaca sebuah pesan yang masuk. lagi-;agi dari nomer yang tidak aku kenal dan kali ini pesan itu berbunyi "dasar cewek murahan,,,jauhi pacarku sekarang juga ato mau kuhajar sampe wajahmu yang cantik hancur dan tidak bisa menggoda cowok orang. ini peringatan terakhir buatmu....jauhi agus prakoso!!!" aku benar-benar tidak tahu siapa pengirimnya dan dengan setengah hati kusodorkan ponselku kepada agus yang masih tampak bingung dari tadi. "baca baik-baik isi pesan itu gus" pintaku "kau lihat sendiri kan?" "ada perempuan diluar sana yang sangat mencintaimu dan dia juga rela melakukan apapun tuk mendapatkanmu, gus". "dan mengapa juga kau tidak kasih kesempatan padanya tuk membuktikan cintanya padamu?" desakku. "tapi nin....cintaku hanya untukmu dan aku rasa akan sulit bagiku tuk membaginya dengan yang lain" jawab agus dengan nada yang sangat serius. dia menyerahkan kembali ponsel itu padaku dan berlalu dari hadapanku tanpa sepatah katapun. hari-hari berlalu tanpa terasa hampir sebulan sejak pertemuan itu aku tak pernah lagi melihat sosok agus di kampus. dari cerita yang kudengar dari teman-teman dikampus ternyata agus memutuskan untuk pindah keluar negeri. aku agak terkejut dengan berita itu karena sebagai sahabatnya aku belum sempat mengatakan perpisahan dengannya, tapi dilain sisi aku juga menghargai semua keputusannya termasuk untuk tidak berpamitan padaku. kelas akan segera dimulai dan akupun berdiri tuk masuk ruangan aula karena disitulah mata kuliah berikutnya akan diberikan. sebelum mencapai pintu aula kurasakan ponselku kembali bergetar pertanda ada sebuah pesan masuk. kubuka pesan itu, "perempuan sialan....jangan kau ganggu fikri-ku". lagi-lagi dari nomer lain yang tidak kukenal. aku hanya bisa menghela nafas panjang sembari membatin "ya Allah......cobaan apa lagi ini? tolonglah Tuhan,,,aku bukanlah wanita penggoda!"




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline