Lihat ke Halaman Asli

Yuliana Lestari

civic teacher

Kartini Sang Pionir Literasi

Diperbarui: 21 Juli 2018   07:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapakah yang tak kenal sosok R.A Kartini. Sosok perempuan kelahiran Jepara yang dikenal gigih memperjuangkan emansipasi wanita. Namun sayang terlalu lama kiprah Kartini dibuat sederhana dan disalah pahami dengan parade sanggul dan kebaya. Begitu pula tulisan-tulisan Kartini yang nyaris tak dibaca lagi. 

Pun kehidupannya jarang di pelajari secara rinci. Banyak ditemui dibuku teks sejarah yang hanya memuat sosok Kartiniyang merupakan keturunan ningrat lantas menjalani kehidupan pingitan dan menikah diusia muda kemudian meninggal saat melahirkan. Sungguh ironi!! Padahal lebih dari itu sosok Kartini merupakan perempuan cerdas dengan pemikiran yang melampaui zamannya. Bahkan setelah lebih dari 1 abad wafatnya pemikiran sosok Kartini masih sangat relevan.

R.A Kartini bisa disebut tokoh literasi wanita. Bagiamana tidak, Kartini  sejak belia menyukai dunia baca tulis. Dibalik keterbatasannya sebagai seorang wanita yang pada masa itu tidak bisa melanjutkan sekolah tinggi sejajar dengan laki-laki, Kartini beruntung terfasilitasi bisa membaca majalah, surat kabar dan buku-buku dari keluarganya. Kemampuan menulis Kartini lahir otodidak karena gelora semangatnya yang menyala-nyala dan luapan gejolak jiwanya menyaksikan budaya feodal.

Semasa muda Kartini banyak berkawan dengan orang Belanda seusianya sehingga membuatnya bisa berbahasa Belanda. Kartini banyak bertukar fikiran melalui surat-surat yang dikirim pada kawannya Belanda. Dari sinilah kemahiran menulis Kartini mulai berkembang. Bahkan tulisan beliau dimuat di beberapa majalah pada masanya. 

Kartinipun dikenal sebagai wartawati pertama wanita. Hingga kurun beberapa tahun lahirlah sebuah karya literasi fenomenal yang berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang"  yang hukan hanya catatan harian seorang gadis tetapi juga merupakan catatan sejarah indonesia (foedalisme jawa).

 Kartini merupakan tokoh wanita yang memanggul pena sebagai senjata. Goresannya mampu melahirkan literat yang luar biasa. Sudah seyogyanya spirit literasi yang digagas R.A Kartini menjiwai perempuan Indonesia. Gairah baca tulis tak lagi jadi barang langka. Generasi muda tak lagi hanya menulis di social media tetapi lebih menuangkannya dalam karya. Seperti ungkapan dari sastrawan Pramoedya Ananta Toer " Orang boleh pandai setinggi langit. Tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian"




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline