Lihat ke Halaman Asli

Lesunya Pasar Modal di Tahun ini

Diperbarui: 10 April 2020   20:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Hancur lebur. Mungkin itu kata yang bisa menggambarkan kondisi pasar keuangan Indonesia kemarin  (12/3/20). Kondisi ini tidak hanya dialami Indonesia, tapi juga pasar keuangan dunia. 

Pada sore hari kemarin, IHSG terkena trading halt. Apa itu Trading halt? trading halt  bisa diartikan sebagai penghentian perdagangan sementara untuk periode waktu tertentu. Hal ini dikarenakan jatuhnya harga saham yang menyentuh 17%. 

Dalam seminggu terakhir IHSG memang turun tajam hingga 20%. Bahkan sejak awal tahun atau year to date IHSG sudah turun hingga 25%. Jatuhnya pasar keuangan ini diprediksi karena mewabahnya virus Corona yang berasal dari Propinsi Wuhan di China dan saat ini sudah meluas hingga ke benua eropa. 

Panik karena pasar uang 'hancur'?! tentu tidak. Saya masih pemain baru di dunia pasar modal. Saat ini yang saya lakukan hanya mengamati. Ingin rasanya memborong semua saham-saham LQ45 yang harganya sudah mulai murah (underprice), tapi apa daya modal sudah habis.... :D

Sebagai pemain baru yang baru setahun ini mengikuti pergerakan pasar modal, kondisi saat ini sangat menarik bagi saya. Mengamati pasar modal yang tidak stabil dari sejak awal tahun membuat saya tambah penasaran. 

Ilmu analisis teknikal yang 'terpaksa' sayap pelajari jadi berantakan. Maksud hati menemukan rumus/arah perkembangan harga saham, dengan kejadiaan ini saya malah tidak tau saya mau ngapain. Bagaimana dengan anda yang pemain lama?! adakah kecemasan juga hadir dihati anda para pemain lama?!

Pasar modal mungkin terlihat menakutkan bagi mereka yang awam. Terlihat belum banyaknya masyarakat yang memiliki rekening saham. Menurut BEI, baru 1% masyarakat yang memilikinya. Entah karena ketidaktauan atau memang mereka enggan berkecimpung/berinvestasi di pasar modal mengingat resikonya yang tinggi. 

Dengan kondisi pasar modal yang tidak stabil ini, pelaku pasar modal dapat mengandalkan analisis fundamental perusahaan untuk memilih saham mana yang akan dikoleksi. 

Dengan didukung pengelolaan money management  yang tepat makan investasi di pasar modal  akan mampu memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dari daripada investasi di deposito.

Tidak hanya pasar modal yang lesu. Pasar uang pun demikian. Per hari ini nilai rupiah menurun dibandingkan dollar amerika, yakni Rp. 14.600 an per dolar amerika, padahal seminggu yang lalu masih 13 ribu an.

'Kekacauan' ini ditanggapi oleh pemerintah dengan mengeluarkan stimulus ekonomi jilid 2 pada pagi ini (13/3/20). Stimulus ekonomi ini berupa stimulus fiskal dan non-fiskal dalam rangka penanganan COVID-19. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline