Lihat ke Halaman Asli

Pendatang di Negeri Sendiri

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pendatang di negeri sendiri, begitulah kira-kira sebutan bagi sebagian masyarakat yang terlahir di tanah orang. Kenapa sebutan itu ada? Sejak kecil tentu kita selalu diberi pemahaman baik dari guru atau orang tua kita bahwa kita hidup di negara kesatuan republik indonesia. Negara yang katanya gemah ripah loh jinawi, subur tanahnya dan luas lautannya. Negara yang memiliki beribu-ribu pulau, berpuluh-puluh adat budaya, suku bangsa dan agama yang terbingkai dalam satu kesatuan bhineka tunggal ika. Negara dengan berjuta-juta penduduk yang  ramah-ramah dan suka bergotong royong. Itulah kira-kira gambaran indonesia dan tentu kita mengetahuinya sekarang. Sebagai bangsa yang terlahir dari keberagaman, tentu terdapat tekat bersama untuk bersatu saling memiliki, menjaga dan memajukan bangsa ini dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada demi kemakmuran dan kesejahteraan bersama. Atas dasar dan tekat itulah tentu rasa saling memiliki sebagai warga bangsa atas negara ini harus ada dan selalu ditumbuhkan. Sehingga dimanapun kita berada di wilayah NKRI ini tentu kita merasa berada di negeri sendiri, tanah sendiri.

Tapi negara indonesia yang katanya luas dan kaya ini belum sepenuhnya mampu mensejahterakan penduduknya. Ketimpangan sosial, ekonomi dan pendidikan terjadi dimana-mana, ketidak merataan pembangunan di segala aspek kehidupan oleh pemerintah negara ini telah menjadi masalah besar bangsa ini. UUD yang jadi pedoman dan acuan pnyelenggara negara, mengamantkan kesejahteraan bersama. tapi faktanya? Hal itu belum terwujud seutuhnya. Sehingga mengakibatkan banyak masyarakat yang terpaksa berpindah-pindah tempat untuk mencari kehidupan yang layak, menjemput rezeki dari Tuhan yang maha kuasa di semua tempat di pelosok negeri ini.

Ketimpangan ekonomi dan pendidikan itulah yang menyebabkan masyarakat terkotak-kotak dalam paradigma yang sempit hingga munculah istilah pendatang atau penjajah di negeri sendiri. Istilah itu memang sudah biasa kita dengar yang diberikan penduduk asli daerah terhadap pendatang di derahnya. Sebenarnya itu tidak jadi masalah selama kita sama-sama menyadari bahwa ketika kita melebur menjadi satu kesatuan atas nama NKRI yang berarti semua berhak sama atas bangsa ini. Tapi itu akan menjadi masalah serius ketika kesadadaran kita akan berbangsa dan bernegara itu sempit bahkan tidak ada. Seperti yang kita alami sekarang ini, berbagai pertikaian dan  perkelahian antar kelompok masyarakat khususnya asli dan pendatang sering terjadi dimana-mana yang  hanya dipicu oleh masalah-masalah sepele. Sebenernya itu tidak sepele kalo kita mau menelisik lebih dalam. Kecemburuan sosial, ketimpangan sosial adalah penyebab itu semua dimana masyarakat pendatang lebih sukses dibanding dengan masyarakat asli atau lokal. Selain itu lemahnya supremasi hukum, lemahnya integritas penegak hukum dan pemerintah dalam menjamin keadilan dan ketegasan hukum menjadi penyebab utama segala permasalahan yang terjadi pada masyarakat pendatang.

Tentu semua kita mengetahui bahwa kamiskinan itu dekat dengan kekufuran. Kalau kita miskin dan kita tidak memiliki sklil dan pendidikan yang cukup maka niat atau godaan untuk memakan harta saudaranya dengan jalan yang batil itu bisa tumbuh dan ada. Timbulah maling dimana-mana, rakyat kecil diteror oleh perampok, ditikam oleh para tengkulak dan mafia bahkan lebih-lebih kejahatan tersebut mengatasnamakan kelompok dan golongan yang merasa kuasa atas wilayah tersebut. Ditambah mandulnya penegakan hukum menjadi penambah kesengsaraan masyarakat. Haruskah istilah pendatang itu ada??  Siapa yang ingin terlahir sebagai pendatang?? sebenarnya siapa sejatinya pemilik tanah ini? Bumi ini? Bisakah kita manusia menciptakan segumpal tanah pun? Apakah nenek moyang kita lah yang menciptakan tanah ini? Sehingga tidak ada hak atas mahluk tuhan yang lain atas atanah ini? Sebegitu sombongkah kita pada tuhan yang tentu tidak tidur dan maha kuasa atas segalanya? Bukankah disetiap perbedaan ada persamaan? Bukankah tuhan menciptakan perbedaan supaya kita saling mengenal dan tunduk atas kebesaranNYA? Tentu hati kita sendiri yang bisa menjawab itu semua. Yang jadi masalah besar adalah ketika semua permasalahan diatas karna kemalasan kita dan kelemahan iman kita sehingga mengatasnamakan penguasa bumi untuk menindas saudaranya. Semoga kita tidak tergolong orang-orang yang seperti itu, kita semua adalah pendatang di bumi Alllah dan akan kembali kepadanya sewaktu-waktu. Beruntunglah bagi orang-orang yang mau berpikir. Semoga tulisan ini bermanfaat dan mohon maaf sebesar-besarnya tidak ada niat sedikitpun untuk menyinggung siapapun. wassalam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline