Bojonegoro - Walaupun baru memasuki musim kemarau, sejumlah warga di wilayah barat Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mulai merasakan sulitnya air bersih untuk keperluan minum, masak, mandi, cuci dan kebersihan, sejak awal bulan Agustus ini. Pasalnya, air di sumur tradisonal yang biasa digunakan warga untuk keperluan sehari-hari telah mulai bekurang.
Ya, hal itu bisa dilihat di beberapa desa di Kecamatan Purwosari dan sekitarnya yang terletak tak jauh dari pusat kegiatan penambangan migas. Beberapa warga yang sempat dikonfirmasi mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan air, warga berupaya memasang mesin pompa Jet Pump dengan teknik menanam selang di kedalaman tanah agar mampu menyedot air ke permukaan.
"Itu dilakukan mereka yang punya duit untuk sumur bor. Sedangkan orang yang pas-pasan, ya hanya mengandalkan air sumur galian atau sumur "cublik'an" di tengah sungai yang telah mengering," ujar Azis, (45) warga seputar pasar tradisonal Purwosari, Jumat (15/08/14) malam.
Lebih jauh, Azis mengatakan karena kesulitan air, lahan pertanian di daerahnya juga banyak yang terbengkalai, dibiarkan kosong tanpa tanaman. Hal itu lagi-lagi dikarenakan sulitnya memperoleh air. "Untuk mandi saja susah kok, apalagi untuk keperluan pengairan sawah," imbuhnya.
Meski demikian, pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro, belum nampak mempersiapkan tangki-tangki air bersih guna droping air bersih ke beberapa desa yang notabene membutuhkan air bersih.
Beberapa sumber menyebutkan, pihak BPBD hingga saat ini memang belum mempersiapkan droping air bersih dikarenakan masih belum ada laporan tentang adanya daerah yang krisis air bersih. Namun begitu, pihak BPBD berjanji akan bergerak menyalurkan air bersih sewaktu-waktu bila ada warga yang membutuhkan. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H