Lihat ke Halaman Asli

Aroma Misyik

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aroma wangi tiba-tiba saja menusuk kedua lubang penciumanku. Terkadang mirip daun pandan, tapi setelah kucermati lagi dan lagi.

" Alamak, inikan bau misyik. Tapi kenapa ada aroma pandanya ya.

Telunjuk tanganku segera mengorek-ngorek kedua lubang hidungku secara bergantian. Rumpanya masih ada sisa upil yang sempat menghalangi aroma yang menyapaku ini.

" Benar sekali, ini bau misyik. Tapi bau pandan itu?

" Kresekkk kresekkk..."

" Busyettt...tu benerkan, ada musang pandan. Tapi, darimana aroma misyik ini.

Benaku semakin dipenuhi tanya. Aku mencoba mengamati sekelilingku. Namun lagi-lagi hanya suasana gelap dan suara jangkrik yang sesekali ditemani suara musang yang merayu pandan.

Seiring langkah kakiku yang sedikit pincang. Aroma itu semakin kental terhirup kedua lubang hidungku. Belum sempat kupercepat langkahku, akupun dikejutkan sebuah bayangan putih yang berdiri diantara pepohonan. Detak jantungku kini telah menyerupai suara drumband. Kedua kakiku terasa berat tuk melangkah.

" Wes ewes ewes bablas angine...

Setelah kubaca sedikit mantra keberanian, kakikupun kucoba tuk melangkah. Kudekati bayangan itu dan kunyalakan lampu senter yang tersedia pada pesawat handphoneku. Semakin dekat bayangan itu semakin penasaranku bertambah besar. Namun sosok itu tak sedikitpun beranjak dari tempatnya. Dan cahaya senterkupun mengejutkanya.

" Woyy Tong, gile lu, gue lagi kencing lu senterin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline