Lihat ke Halaman Asli

Perempuan yang Mengambang

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku terpaku di bawah rindang pepohonan, di tatap langit bermata sabit. Ketika sosok cantik nan anggun tersenyum di hadapanku. Darahkupun berdesir memenuhi setiap inci dalam tubuhku. Ada sedikit kesejukan ketikan kupandang kedua sorot matanya yang bening.

Rambutnya yang panjang hingga ke pinggang dibiarkanya tergerai. Sangat serasi dengan gaun hijau di hiasi kain bercorak batik membalut di kulitnya yang kuning langsat.

" Siti Aisah, panggil saja aku Aisah.

Ucapnya seraya mengulurkan tanganya kepadaku. Halus dan lembut lirihku dalam hati.

" Karim. Sambutku memperkenalkan diri.

Aku masih terpaku menatapnya. Naluri lelakiku begitu bergejolak dengan kuat. Aku yakin dia bukan perempuan kebanyakan. Terbukti dia mau menghampiriku dan memperkenalkan namanya padaku. Walau penampilanku nampak begitu lusuh dan terkesan urakan.

Tak habis pikir olehku, sekejap saja kami telah begitu akrabnya. Seolah-olah telah saling mengenal sedari tempo dulu. Kedua bola mataku sangat menikmati kecantikanya. Benakupun sempat berceloteh kalau dia perempuan dari bangsa bidadari. Agh, apa iya, tapi...

" Hey, kok malah melamun sih?

" Oh, gak kok.

" Mikir apa hayo...

" Ehmm, gak! Cuma kagum aja liat kecantikanmu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline