Lihat ke Halaman Asli

Aku Bukan Cenayang

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sudah sepertiga abad kuhirup oksigen geratis. Dan lima belas tahun aku liar. Sore ini aku masih menjadi anak kota yang jelalatan matanya, isi kepala masih asik masyuk dan terkontaminasi realita di depan mata.

Katanya tahun ini ada naga yang basah, aku merenung sejenak, menengok kepunggung waktu. Agh, aku bukan cenayang, biar saja naga itu mandi hujan, atau berenang dalam selokan-selokan roda yang menggelinding kejalan aspal hitam.

Sekali lagi, aku mengingatkan pada yang menghasutku. Aku bukan cenayang, apalagi anak Tuhan. Aku hanyalah lelaki yang tidak tampan dan mapan, menyukai kopi yang masih hangat sambil menikmatinya bersama kretek tembakau pilihan. Lalu bersiul-siul sambil menggaruk pungguh yang gatal berkeringat.

Agh, mungkin besok aku sudah mati. Yeah, tapi sudahlah bukan urusanku.
Banjarbaru 25 januari 2012
bvb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline