Lihat ke Halaman Asli

Metafora Dusta

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

pagi kumulai membuka mata, lalu kucoba lemparkan sapa pada mentari yang senyum ramah padaku.

kicau kepodang dan kutilang hampiri kedua daun telingaku, ingatkan aku akan dusta yang kan terlontar menyayat jiwa.

wajah-wajah yang ramah memenuhi pandangan mataku, aku masih sekedar menatap mereka di balik jendela. teringat lembaran rupiah yang telah siap tuk kujamah demi berjalanya roda kehidupan yang harus tetap berputar.

khayalku telah rebut hariku yang biru, ketika putih yang kupertahankan ternoda debu-debu jalanan, akupun menikmati dosa-dosa yang tersematkan bak setangkai mawar.

mengada-adakan yang tak ada telah membuatku lupa akan tiada tanpa nyawa. dusta telah bermetafora menjadi secangkir kopi pilihan yang bercampur susu dan potasium. meresap kejiwa dan menikam sukma.

ya gusti ya rabbi...

sujudku tuk sebuah ampunanmu, kembali pada kelurusan niatku yang terbelok-belok tiada menentu...

astaghfirulloh alazim.....
astaghfirulloh alazim.....

bimbinglah hamba agar tak lagi djolim

¤¤¤¤¤¤¤
bvb




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline