Lihat ke Halaman Asli

Syair Kematian

Diperbarui: 13 Juli 2015   19:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

senja di bawah bukit, diantara reruntuhan gundah, aku menatap bias-bias cakrawala yang memerah diantara bibir-bibir basah yang merah merekah.

denyut nadi berpasangan dengan oksigen yang berinteraksi bersama paru-paru, diam meretas seketika tanpa kata, ketika Ijroil menyapa lembut di depan pintu kedatanganya.

'' achh...senja siapakah yang akan menjadi terang setelah menembus ngerinya kegelapan...

sementara pikir selalu mengajak rasa tuk mengimaji tentang nikmatnya embun pagi, bersenda gurau di bawah pepohonan ketika teriknya siang sambil berdendang dengan para mucikari-mucikari mimpi, lalu melepas penat di kala sore bersama para bidadari dan kurcaci-kurcaci di taman duniawi yang bergelantungan anggur-anggur di sekitarnya.

ketika benak menjadi gelap dan rasa telah menjadi ciut ketika asa telah tergenggam oleh Ijrail, siang siapakah yang masih tetap ceria di bawah mentari perputaran waktu...

hanya dinding-dinding bisu dan sayup-sayup udara yang dapat menemani dalam suasana kosong yang pasrah.

=================

bjb selatan borneo

by

bvb




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline