Lihat ke Halaman Asli

Tafakur

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

saat dilema masa hitam telah meneror gelisahku
saat isi kepala telah habis tuk sebuah pikir
senyum malam begitu genitnya mengajaku tuk menyetubuhinya
dalam sebuah percumbuan serat jiwa yang lama terluka

Tafakur
munajad cintaku yang lama sirna
melemparkan segenap rasa-rasa yang merasa-rasa
dan menanggalkan satu demi satu pakaian yang memberatkanku
aku-pun harus telanjang

malam-malam yang senyap
saat lelap begitu sedapnya tuk dinikmati
saat itulah suara rindu sejati merangsang tangis
mengajak berkeluh kesah diantara udara-udara yang bercampur basah
menyerahkan pasrah lalu bercumbu tanpa desah

ramai suara jangkrik tak terdengar jelas
sebab suara hati sedang bercerita kepada Illahi
tentang dosa-dosa yang mendarah daging
tentang mimpi-mimpi yang tertikam belati
dan tentang raut wajah muram diatas perjamuan hidup

Tafakur
melemparkan dengkur
menyambut kebebasan jiwa
melemparkan berbagai macam aku yang menghimpit isi dada besarkan kepala

Tafakur
di sepertiga dalam pelukan bulan
berkelana dalam diri demi jiwa yang hampir mati
lalu tersenyum penuh suka cita yang mengeringkan air mata luka lara
setelah tiada aku menuju Dia yang tercinta
------------------------------------------------
pinggir trotoar 14062011
bvb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline