Lihat ke Halaman Asli

Senyap...

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sepoy-sepoy bayu membelai, bersemilir diatas air, menyentuh dedaunan dan memeluk dahan yang turut bergoyang-goyang, awan berarak saling berkejaran membentuk sebuah lukisan diatas cakrawala.

'' Yeah...

Biarkan senyap membisikan sebuah rindu tentang kekasihku.

Mengembangkan kelopak-kelopak senyuman dari bunga-bunga mawar di taman hati, bersama kicau burung yang menyetubuhi fajar pagi.

Wajah-wajah cerah duduk bersila, matanya terpejam khusuk bercinta tanpa desah dan basah sperma.

'' Ahh...

Segarnya tirta membasuh kotoran-kotoran di musim kemarau, musim semi hampir tiba selepas hujan yang mengguyur relung sukma, setiap partikelnya menghadirkan satu malaikat kehidupan. Membersihkan sisa-sisa luka yang memborokan asa.

'' Ahh, yeah...

Neraka itu telah diusir pergi dari kepala oleh senyap yang pasrah, belaian sang bayu usir kesombonganku, dan kelemahanku di ditepi telaga tak lagi dahaga.

Suka
tamak
luka
haru
derita
cinta
riang gembira

Telah larut dalam seduhan kopi hitam di sepertiga yang senyap, dalam pelukan bulan dan disaksikan kerlip manja gemintang, hingga fajar melirik genit bersama embun dan dingin menyentuh tulang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline