Lihat ke Halaman Asli

Kasih Ibu

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

KASIH IBU

Oleh: Lina Amalina, S.Pd.

Kringgg!!! Bel pulang berbunyi. Semua siswa bersorak riang. Mereka berdoa lalu bersalaman kepada ibu guru. Dengan tertib mereka meninggalkan kelasnya.

Anis berjalan menuju gerbang sekolah. Tiba-tiba Shelly menghampiri Anis.

“Nis, kenapa kamu tidak dijemput ibumu? Tadi pagi pun ibumu tidak mengantarkanmu. Biasanya setiap hari kamu diantar jemput oleh ibumu pakai sepeda. Ada apa denganmu?”  Tanya Shelly.

“Tadi pagi aku kabur Shell. Aku lebih memilih jalan kaki karena malu setiap hari harus naik sepeda. Sementara itu, teman-teman ada yang diantar jemput pakai mobil atau motor. Aku juga ingin seperti mereka. Hidup bahagia. Berlimpahan harta. Tidak seperti aku, hanya anak penjual gorengan. Sekarang, mungkin ibu marah sehingga tidak menjemputku.” Jawab Anis.

Anis perlahan meneteskan air matanya. Ia merenungi nasibnya. Sejak ayahnya meninggal, ibunya berjualan gorengan. Anis hanya tinggal bersama ibunya. Ia tidak mempunyai kakak maupun adik.

“Tidak semua orang bernasib sama, Nis. Walau bagaimana pun ibumu berjuang untuk menyekolahkanmu.” Ujar Shelly sambil mengusap bahu Anis.

“Tapi aku malu, Shell! Kamu bisa bilang begitu karena kamu anak orang kaya. Tidak bisa merasakan apa yang aku alami.”

Anis melepaskan tangan Shelly. Matanya sedikit terbelalak karena iri terhadap nasib Shelly.

Tetttttttttttttt!!!! Bunyi klakson mobil terdengar. Rupanya Shelly telah dijemput ayahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline