Lihat ke Halaman Asli

Perjalanan Mendaki Gunung Cikuray

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1425137296342348022

[caption id="attachment_370950" align="aligncenter" width="300" caption="gunung cikuray dari kejauhan, sumber : denmenort.files.wordpress.com"][/caption]

Gunung Cikuray merupakan gunung yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat dengan ketinggian 2.821 mdpl dan merupakan gunung tertinggi keempat di Jawa Barat setelah Gunung Gede. Gunung yang lancip tak ubahnya sebuah kerucut raksana ini menawarkan pendakian dengan medan sulit yang begitu menantang.

Pagi sekali sebenarnya saya masih ragu-ragu jadi berangkat atau tidaknya ke Cikuray ini, karena selain tugas kuliah yang menumpuk dan harus dikerjakan, cuaca di bulan ini juga sedang tidak bersahabat karena setiap hari selalu hujan. Jangankan di gunung dengan area yang curam sehingga tanah yang kena air hujan berpotensi membikin pendaki kepelset, di perkotaan saja hujan yang sejatinya merupakan berkah kehidupan dari Tuhan, tak dinyana malah membikin masalah, seperti kebanjiran dan sebagainya. Orang pengen nyari nyaman kita malah nyari susah. Begitulah kalau belum mencoba. Terlepas dari semua hal yang disebutkan di atas, Alhamdulillah, kami selamat sampai tujuan berkat do’a dan kekompakan teman –teman yang senantiasa selalu mengiringi langkah kami menuju puncak gunung tempat samudra awan bertengger di atas sana.

Kami bersembilan berangkat dari Bandung pukul 9 pagi menuju Garut dengan berkendara sepeda motor berboncengan. Ga salah lagi kalo ini namanya Triple Trip : Hiking, Camping and Touring.

Setelah menempuh perjalanan Bandung-Garut kurang lebih 4 jam, akhirnya kami sampai juga di pos gunung Cikuray. Dari sana kita bisa bersiap-siap dan beristirahat terlebih dahulu. Pada saat itulah cuaca sedang gerimis, tetapi tidak menciutkan nyali teman-teman untuk menaklukan gunung Cikuray.

Sekitar pukul 2 siang, kita baru memulai pendakian dengan melewati beberapa jalan kebun teh. Di awal pendakian ini kita sudah dihajar dengan tanjakan yang lumayan panjang, ditambah ritme napas yang belum teratur sehingga rasa-rasanya awal pendakian ini kami lebih banyak berhenti untuk menambah tenaga.

Baru setelah memasuki area hutan lebat yang penuh dengan pepohonan, napas sudah mulai teratur, dan badan sudah mulai terbiasa untuk menanjak. Gunung Cikuray ini benar-benar sulit untuk dilalui karena medan yang terus menanjak dan terjal, tak jarang lutut mesti ketemu muka, ada kalanya ketika melalui pohon yang tumbang kita mesti bermanuver dulu. Gunung cikuray lir ibarat tangga raksasa dengan ribuan akar-akar sebagai pijakannya. Ditambah lagi, Cikuray tidak memiliki mata air (kecuali di pos pemancar) sehingga sepanjang perjalanan kami terpaksa menghemat air. Saya rasa Gunung Cikuray ini benar-benar tidak disarankan untuk pemula.

Belum memasuki pos 4, jam sudah menunjukan pukul 9 malam, padahal sebelumnya kita sudah cukup yakin bahwa sekitar jam 10'an malam kita bakal sudah sampai di pos bayangan. Tapi keadaan justru sebaliknya, jam 9 kita cuma baru sampai mendekati pos 4. Maka dari itu, istirahat dulu syudaaahhhh... tendapun di didirikan, meskipun sempat maksa juga karena tanah tempat tenda didirikan rada-rada miring.

Brrrrr.....Keadaan di sana benar2 dingiin.. saking dahsyatnya suara angin di luar kedengaran seperti suara ombak. Tanpa ba bi bu lagi dipakailah sleeping bag, dan zzz...tidurlah kita. Beberapa masih ada yang ngobrol, bahkan masih sempet masak-masak dan bikin kopi.

Subuh sekali sekitar jam 3 dini hari kita sudah bersiap untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya demi mengejar sunrise di atas puncak. Maka dengan berbekal senter kami pun melanjutkan perjalanan setapak demi setapak. Kadang-kadang kita berhenti juga kalau cape, tapi teman-teman kelihatannya lebih bugar dari pada hari sebelumnya, sehingga kurang lebih pukul 6 pagi kita sudah berada dekat dengan puncak. Namun sayang, alam sepertinya sedang tidak berpihak kepada kami.

Matahari dan awan sedang enggan menampakan keindahannya..

[caption id="attachment_370944" align="aligncenter" width="300" caption="istirahat sambil nungguin awan"]

1425136649592293544

[/caption]

[caption id="attachment_370945" align="aligncenter" width="300" caption="kebersamaan"]

14251367581332406339

[/caption]

Sehingga kami harus menunggu kemunculannya terlebih dahulu dengan kembali memasak soup dan beberapa penganan lain di dekat puncak. Omi, teman kami yang membawa camera SLR pun langsung membidik lensa dan mengambil gambar kami selama kami menunggu.

[caption id="attachment_370942" align="aligncenter" width="300" caption="jalan ke puncak"]

1425136159107429493

[/caption]

Setelah bosan berada disana. Kami pun naik ke puncak yang jaraknya hanya bebarapa langkah saja dari tempat tersebut, kami begitu tertegun menyaksikan bahwa sebenarnya matahari memang telah muncul sedari tadi, namun kami tidak melihatnya karena kemunculan awan-awan tersebut justru di berada di sisi bagian belakang tempat kami nongkrong tadi.

What an amazing! Pemandangannya sungguh luar biasa...

[caption id="attachment_370946" align="aligncenter" width="300" caption="samudera awan"]

14251368401980057074

[/caption]

Asal tahu saja bahwa gunung Cikuray berada telat di lapisan awan. Maka dengan leluasa kita bisamelihat pemandangan samudra awan, keindahan Indonesia, yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Kali ini bidikan lensa kamera lebih banyak dilakukan karena memang ini lah tujuan utama kami yang mesti didokumentasikan, agar Cikuray tak pernah kehilangan pesonanya. Selain itu, dari atas puncak kita dapat bonus pemandangan lain, Gunung Papandayan, Gunung Guntur, dan kalau ga salah Gunung Slamet dan Ciremai juga kelihatan.

[caption id="attachment_370947" align="aligncenter" width="300" caption="narsis"]

1425136937865754692

[/caption]

[caption id="attachment_370948" align="aligncenter" width="300" caption="sebuah ucapan bisa mewakili segalanya"]

14251370111637591902

[/caption]

By the way, situasi di atas puncak Cikuray rame banget kaya lagi lebaran, banyak orang memenuhi puncak dan photo-photo.

Puas menikmati alam di puncak gunung Cikuray, maka kami pun turun kembali. Sudah biasa, perjalanan turun memang biasanya lebih cepat dari pada ketika kami naik. Maka hanya dalam hitungan 1,5 jam kami sudah tiba di tenda dekat pos 4. Saya dan teman saya, perempuan, merangkap jadi chef sementara untuk memasak makanan bergengsi yang mengandung kadar kalsium tinggi tersebut, sebuah bahan makanan yang mafhum, orang gunung yang selalu menganggap air putih biasa sebagai jus, atau hidangan liwet+tempe tahu dianggap hidangan terbaik ala hotel savoy hofman, maka sudah sepantasnya lah, hidangan jengkol itu buat para pendaki menyebutnya dengan sebutan ‘Tenderloin’ wkwkkwk

[caption id="attachment_370949" align="aligncenter" width="300" caption="makanan alakadarnya"]

1425137083351891581

[/caption]

Demi melanjutkan kembali perjalanan, meskipun pada saat itu sedang gerimis, berbekal jas hujan dan tentunya nyali serta kekompakan teman-teman, plus diiringi doa yang tulus sebelum keberangkatan agar kami semua selamat sampai tujuan, maka berangkatlah kita melanjutkan perjalanan meskipun dengan jalan tertatih-tatih, kadang juga kepeleset, kepala kehujanan, kadang juga kena lumpur. Pijakan demi pijakan kami raih, kadang mesti berpegangan agar salah satu dari kami tidak terjatuh.

Puji syukur sebelum maghrib kami semua sudah sampai di post pemancar. Perjalanan pulang memang masih jauh, namun setidaknya kami telah melewati bagian utama dari perjalanan ini, yakni ‘menaklukan gunung Cikuray dengan segala medan kesulitannya, plus kehujanan’. Di saat kondisi lapar dan kedinginan begitu memang sangatlah tepat sang penjaga pemancar menjual gorengan hangat yang dijajakan di sana, terbukti, tak butuh waktu yang lama buat kami menyambar gorengan-gorengan yang malang tersebut. salah satu teman sempat bilang katanya ‘The dream comes true, kepingan surga benar2 telah jatuh ke dalam gorengan hangat yang kita makan’.

Ya begitulah.. setelahnya kami harus melanjutkan perjalanan menuju tempat dimana kendaraan kami diparkirkan, belum lagi jarak Garut-Bandung.. ngantuk dan lelah sudah pasti, tapi bukankah itulah esensi dari sebuah perjalanan? Menaklukan perjalanan/gunung, sama dengan menaklukan diri sendiri, terutama ego. Segala kesulitan yang ada bukanlah menjadi penghalang. Kami tiba di rumah masing-masing pas tengah malam berbekal pengalaman yang berharga, menaklukan gunung Cikuray, dan meilhat pemandangan Indonesia di atas sana.

Salam hangat

28 Februari 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline