Lihat ke Halaman Asli

Asti Nugroho

Belajar Terus

Saat Kata Mengurai Rasa

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti membalikkan telapak tangan, begitu kiranya ketika kita diminta bercakap dalam bahasa Indonesia. Benarkah? Jawabnya tidak lain adalah sangat benar. Sebagai orang Indonesia tentu tak asing dengan bahasa Indonesia. Akan tetapi, “keharusan” untuk memahami bahasa Indonesia ternyata tidak berjalan dengan kenyataannya. Kita paham apa dan bagaimana bahasa Indonesia beroperasi sebagai alat komunikasi, namun apakah kita memperlakukannya dengan baik dan benar? Jawabnya tidak sama dengan pertanyaan sebelumnya. Harus saya katakan bahwa berbahasa Indonesia yang baik dan benar tidaklah mudah bagi semua orang Indonesia.

Mengungkapkan perasaan melalui tulisan menjadi hal yang menarik dan sederhana untuk dilakukan. Namun, tidak semua orang rupanya bisa menggambar rasa melalui kata-kata. Kebiasaan untuk menggunakan emoticon benar-benar telah menggerus kemampuan kita dalam merangkai kata. Semua ekspresi rasa dimudahkan hanya dengan satu gambar mungil dengan berbagai karakter. Tidak dipungkiri memang, bahwa gambar-gambar tersebut menarik dan praktis untuk mengungkap rasa. Sadar atau tidak, kebiasaan tersebut secara tidak langsung mengurangi kemampuan berbahasa kita.

Saat orang beramai-ramai mempopulerkan kegiatan mereka dalam ber-emoticon, saya mencoba untuk tetap percaya bahwa kata adalah permainan yang lebih indah daripada sekedar mempublikasikan ribuan rasa dalam sedikit karakter gambar. Rasa bahagia kiranya tak cukup hanya digambarkan dengan ikon kecil bulat dengan garis melengkung ke bawah membentuk senyuman beserta mata berbinar. Kebahagiaan bukan hanya persoalan gambar senyuman. Ketika kita berbahagia tulisan akan terangkai lebih menarik, “Kakiku melayang, jemariku lemas, jantungku berdegup tak sekencang sebelumnya. Seketika aku melonjak berteriak dan berucap syukur. Aku adalah satu dari sedikit pendaftar yang lolos. Senyumku sedikit demi sedikit terkembang dengan bibir tertarik semakin lebar. Mimik mukaku sungguh luar biasa, mataku berbinar, aku benar-benar bahagia.”

Bayangkan jika rentetan kalimat kebahagian di atas diungkapkan hanya dengan emoticon yang terbatas sedangkan apa yang kita rasakan lebih dari sekedar potret uluman senyum. Berbahasa, mengungkapkan rasa, dan berkomunikasi tidak bisa kita sepelekan hanya dengan ikon-ikon sederhana. Mengekspresikan rasa melalui kata-kata bagi saya adalah melatih kepekaan dan belajar untuk menjadi orang yang detail. Satu gambar tidak bisa menggambarkan ekspresi rasa yang kita alami. Setiap orang memiliki raut berbeda saat bahagia. Kata-kata akan membawa kita pada proses mengidentifikasi diri dan mendiskripsikannya serinci mungkin. Pengalaman inilah yang membuat beberapa orang lebih memilih tetap bergulat dengan kata-kata dalam berbagi rasa.

Bahasa Indonesia menawarkan beragam kata yang bisa kita gunakan untuk melukis rasa. Kalimat yang coba kita tuliskan walaupun berinti sama tetap akan bercita rasa berbeda dengan milik orang lain. Permainan kata membawa kita pada tataran yang lebih eksklusif dan tidak pasaran, hanya ada satu dan itu milik kita. Bandingkan dengan emoticon, ikon wajah bahagia yang digunakan sangatlah umum dan banyak orang menggunakannya. Kita memang tidak bisa semata-mata menyalahkan kemunculan emoticon sebagai tren yang buruk. Keberadaan emoticon adalah salah satu hal kreatif yang tercipta oleh semakin berkembangnya berbagai media sosial di internet. Untuk itu, bersama-sama kita populerkan kembali warna-warni kata yang dimiliki bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia adalah sarana bagi kita orang Indonesia untuk saling mengulur rasa dalam kata dan kalimat. Menyenangkan bisa saling memahami satu sama lain saat kita berbahasa. Perlakukanlah bahasa kita dengan baik. Gunakanlah kekayaan katanya untuk berkreasi. Setiap kata adalah misteri, rangkaian kalimat adalah teka-teki, dan bahasa adalah ekspresi. Aku cinta bahasa Indonesia karena aku tahu Indonesia luar biasa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline