Lihat ke Halaman Asli

Suhono Hono

Kejujuran sederahana, kita tidak menutupi identitas kita di medsos

cerita kepompong

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dalam diamku tetap kudengar,

"Kenapa rakus amat ini ulat" kata seorang bapak

"Memang ini hama perusak tanaman"sahut bapak yang lain

"Iya ini liat! sangat menjijikkan" timpal seorang ibu

"kalau begitu kita semprot saja dengan pestisida biar mampus" seorang ibu dengan semangat memprovokasi untuk membinasakan wujud lamaku.

"Iya tapi ulat jenis ini, nanti kalo jadi kupu-kupu bagus lho warnanya" celetuk seorang gadis

"Bapak-2 dan Ibu-2 tanpa kehadiran ulat-ulat ini, cerita kebun kita, cerita taman bunga kita tidak akan seindah dan tidak akan ada buah di kebun kita" gadis lain menambahkan komentarnya.

Keberadaanku dalam wujud lamaku ternyata banyak mengundang reaksi baik yang kontra maupun yang Pro, hahahahaa seperti bicara masalah kubu partai ya???

Kini dalam tahapan metamorfosa saat ini aku diharuskan dapat merenung, mawas diri, mendengar dan harus berjuang untuk dapat melalui tahapan berikutnya sehingga aku dapat bermanfaat bagi manusia.

Perjalananku akan kulalui dengan sebuah ujian yang cukup berat karena aku harus dapat melepaskan diri dari sifat egoisku, sifat rakusku, sikap ketidakpedulianku terhadap manusia dalam wujud lamaku.

Penantian ujian terakhirku tiba, resiko yang aku hadapi taruhannya tidak main-main, dimana bila aku salah langkah dalam mengambil keputusan akan fatal dan cerita kehidupanku cukup sampai disini alias tewas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline