Lihat ke Halaman Asli

Memilih dengan Sehat

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Memilih calon pemimimpin tidak semudah mencalonkan diri menjadi seorang pemimpin. Pemimpin pilihan bukanlah yang banyak uang, bukan yang pengusaha apalagi yang menyalah gunakan apa yang sudah menjadi hak rakyat sebagai 'lipstik' daya tariknya. Pemimpin pilihan adalah pemimpin yang tidak sedang ingin menjadi pemimpin. Karena sebuah obsesi untuk memiliki sebuah jabatan adalah justru menjadi tanda dan salah satu ciri pemimpin yang kurang baik. jabatan adalah sebuah kepercayaan dan amanah yang harus dipikul bukan dicari.

Demikianlah para ulama'-ulama'  bersih memberikan rambu-rambu akan karakter seorang pemimpin. Mereka, para ulama' itu, adalah manusia yang hatinya selalu terpancari oleh cahaya Ilahi, Tuhan yang maha Tahu yang Mengatur-kendalalikan alam ini, termasuk liku politik manapun.

Dan  rambu-rambu inilah yang menurut penulis perlu kita pegang sekarang ini, dalam menghadapi pesta demokrasi April 2014 mendatang. Hal ini penting. Karena bagaimanapun juga saat ini masyarakat pada umumnya dibuat bingung terutama dalam menentukan pilihan yang tepat pada era yang serba krisi ini, mulai dari krisis ekonomi hingga krisis mental dan moral, termasuk mental dan moral pemimpin dan calon-calonnya. Dan yang memprihatinkan lagi, mereka, orang-orang yang ingin 'menang' itu, sudah hafal dengan jusrus dan trik jituuntuk mengurai kebingungan masrakat. Mereka janjikan dan 'buktikan' daya tarik-daya tarik 'murahan' yang bersifat gebrakan saja, yang menurut penulis adalah sebagai langkah menggiring masyarakat pada buta dan kegelapan berfikir.

Materi dan uang seringkali membuat masyarakat benar-benar 'terhipnotis'. Sehingga calon-calon yang jadi pemimpin itu selanjutnya benar-benar menjadi para 'penghipnotis'. Mereka bisa dengan mudahnya meloloskan keinginan-keinginan 'duniawinya' dengan cara 'menghipnotis'.

Ulama'-ulama' arifin, ternyata mereka tidak tinggal diam dalam mengahadapi 'politik dagelan' ini. Merekapun menunjuk orang-orang pilihan yang tentu berdasarkan pertimbangan ketajaman mata hatinya yang mampu menangkap sinyal ilahiyyah akan orang-orang pilihannya. Mereka berharap 'laskar' pilihannya tersebut dapat benar-benar maksimal dalam medan perjuangan di parlemen maupun pemerintahan dalam memperjuangkan rakyat dan kebenaran. Mereka sangat tahu, bagaimana kebagikan dan kemakmuran dapat diraih bila para pemimpinnya adalah tidak mampu memimpin dirinya sendiri. Bagaimana akan jadi raja bila dia belum mampu mengangkat hatinya menjadi raja bagi dirinya sendiri.

Semoga perjuanagan para ulama' itu berhasil. Para 'laskar' mereka mampu mengalahkan pelaku-pelaku lama dan calon-calon pemimpin yang lebih baik tidak jadi pemimpin di negara ini. semoga 2014 Indonesia memiliki wajah pemimpin baru yang menyejukkan hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline