Lihat ke Halaman Asli

Koperasi Sebagai Subtansi Bank Pertanian Indonesia (BPI)

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

 

Oleh Santi Rizkiyanti dan Widya Astyoka

 

 

Perhimpunan Bank Swasta Nasional (Perbanas) menilai Indonesia harus memiliki bank khusus sebagai bank infrastruktur, pertanian, dan ekspor impor. Ketua perbanas, Sigit Purnomo, mengusulkan bahwa Indonesia harus memiliki bank khusus yang berperan sebagai agent of development diluar bank umum dan BPR. Sumber dana yang akan digunakan nantinya berasal dari pihak ketiga layaknya bank umum. Usulan tersebut diharapkan dapat dituangkan dalam perubahan UU perbankan yang nantinya akan memberikan ruang bagi perbankan khusus untuk tumbuh. 

 

Bank khusus pertanian tidak cocok dengan kondisi Indonesia saat ini

Dalam kaitannya dengan pendirian bank khusus pertanian, terdapat wacana yang menyatakan pentingnya pendirian bank pertanian bagi pertumbuhan sektor pertanian di Indonesia. Wacana pendirian bank ini memang sudah lama menjadi perbincangan oleh pelaku ekonomi Indonesia. Terlebih lagi Ketua Perbanas kembali mengusulkan pembentukan bank khusus pada diskusi publik OJK Watch di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Senin (17/3/2014) yang memicu pertanyaan kembali terkait urgensi dari pembentukannya.

Sebenarnya, pembentukan bank khusus pertanian yang dicanangkan bernama Bank Pertanian Indonesia (BPI) ini dilandasi oleh beberapa kebutuhan. Tujuan utama pembentukannya adalah meningkatkan sekor pertanian melalui peningkatan kredit yang diberikan. Pemberian kredit melalui BPI ini akan memenuhi kebutuhan modal, lebih fokus, mengurangi moral hazard (keadaan yang berkaitan dengan sifat, pembawaan dan karakter manusia yang dapat menambah besarnya kerugian dibanding dengan risiko rata-rata) kredit program, dan dapat mengakselerasi pembangunan sektor pertanian dimana sumber dana yang diperoleh rencananya bersumber dari orang ketiga layaknya bank umum.

Hal yang perlu dipertanyakan sekarang adalah apakah pendirian bank khusus pertanian ini sudah cocok dengan keadaan ekonomi di Indonesia khususnya bidang pertanian? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus mengenal bagaimana perkembangan dari sektor pertanian. Indonesia dikenal sebagai negara agraris sejak dahulu, tetapi pada kenyataannya sektor pertanian Indonesia masih jauh dari kata revolusi. Banyaknya petani tradisional di pedesaan dan kurangnya pengetahuan menjadi salah satu alasannya.

Sejatinya, peran bank pertanian Indonesia dapat berjalan efektif jika semua pelaku pertanian mampu terjaring dalam sistem perbankan ini. Keberadaan petani Indonesia yang didominsi oleh petani lokal yang masih menggunakan cara tradisional pada prakteknya akan sulit untuk terjaring didalamnya. Petani lokal yang tak megerti bagaimana sistem perbankan berjalan akan acuh terhadap BPI. Terlebih lagi tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk pendirian dan pengolahan Bank Petani Indonesia menjadikan wacana ini terlihat kurang efektif. Lebih dari itu, belum jelasnya definisi, fungsi, dan tujuan pendirian bank khusus pertanian ini perlu dikaji ulang agar keberadaannya dapat memberikan efisiensi dan efektifitas bagi Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline