sumber gambar : kebumen2013.com
Masih suasana bulan agustus ini, jadi jiwa semangat 45 sepertinya harus benar-benar menggelora. Setidaknya lebih baik sebulan dari pada sehari bukan, dan lebih baik lagi tertanam bukan dari pada hanya sebulan. Waktu dapat habis dengan cepat berapa pun, sedangkan apabila di tanam maka ia akan tumbuh besar. Seperti halnya jiwa kebangsaan, bernegara, nasionalisme dan patriotirsme terhadap bangsa indonesia. Semua itu harus di tanam di jiwa dan hati kita, begitulah seharusnya.
Mulai agak ribet sepertinya, jangan pusing dan lanjutkan saja. Agar ini menjadi buah untuk yang kita tanam.
Merdeka !!! Terkejut, penuh sesak, semangat dan penuh harapan apabila mendengar kata itu. Seakan-akan kita terkena sihir apabila mendengar kata itu dengan suara yang keras. Pernah mendengar, atau tidak sama sekali. Jika pernah mendengar maka beruntunglah. Jika tidak pernah mendengar maka merugilah. Ini bukan jualan tentang untung rugi jika yang hobby berjualan. Jika belum mendengar, maka berteriak lah sekeras-kerasnya agar merasakan sensasinya.
Nikmati dan terus rasakan, hingga semua aliran darah mengalir dengan detak jantung yang begitu cepat. Kembali ke topik lagi ini, tentang judul tulisan di atas. Harus perlu di ketahui sebagai generasi pewaris bangsa, walaupun bukan anak dari petinggi partai politik#Upps. Setidaknya sebagai generasi pewaris bangsa, rasa cinta itu harus juga tertanam ke tanah air. Bagi yang belum bisa move on atau jomblo, pindahin aja cintanya untuk indonesia. Pasti itu lebih berkesan seperti saat ini, saya lakukan.
Semua ini sepertinya berawal dari penjajahan, sejak negara netherland menjajah indonesia konon katanya selama 350 tahun. Itu sudah menjadi pelajaran yang hampir di ketahui oleh seluruh rakyat indonesia. Namanya di jajah, pasti semua hal yang menguntungkan di miliki oleh negara penjajah. Tak jarang untuk mengambil satu kata yang bernama “Merdeka”, baik yang secara kooperatif maupun non-kooperatif. Dari mengangkat senjata, menentang dengan organisasi pergerakan, diplomasi dan lainnya semua di lakukan untuk mengambil satu kata itu untuk rakyat indonesia.
Kalian capek atau tidak membacanya, saya pikir tak penting karena ini tentang indonesia. Tak ada kata capek untuk generasi pewaris negeri, yang ada istirahat sejenak #Upps. Begitu juga dengan perjuangan-perjuangan yang di lakukan oleh para pendiri bangsa mereka tak mengenal capek. Namun sebelum itu ada juga rakyat indonesia yang rela mengambil kata “Merdeka” untuk kepentingan dirinya sendiri. Hanya demi seonggok kekayaan lebih memilih menjadi penjajah di tanah sendiri, menjadi tangan panjang penjajah.
69 tahun telah berlalu, kini indonesia telah merdeka. Tak ada lagi hak-hak yang di rampas, yang ada sekarang hanya kebablasan. Bebas tanpa melihat norma dan hukum yang seharusnya, menjadi wajah sehari-hari begitu pun dengan jari ini. Cepat introspeksi dan berbuat untuk indonesia.
Lantas di mana orang itu ? Sepertinya orang-orang yang mementingkan dirinya maupun keluarganya senantiasa ada. Tak masalah apabila ia mencari sendiri, namun apabila mengambil dari kekayaan bangsa, ini yang menjadi masalah. Hak-hak rakyat otomatis akan tergadaikan dan terjual hanya untuk kepentingan atas nama diri sendiri, keluarga, kolega maupun golongan. Hal ini telah lumrah dan sudah mendarah daging di indonesia akbibatnya pun bangsa ini mendapat cercahan walaupun hanya suara sumbing.
Haruskah senantiasa memungut puing rupiah dari darah pahlawan devisa. Mengambil sumber daya alam dari pelosok daerah, tanpa melihat wilayah itu. Tak melihatkah mereka bahwa di situ ada masyarakat perbatasan yang masih mempunyai hatinya untuk indonesia menjaga kesatuan indonesia. Tak cukupkah mengambil darah dari para pahwalan untuk seremonial hari pahlawan.
Bangsa ini memang mempunyai sesuatu, dari segala kerumitan yang ada di dalamnya. Lantas siapa yang merdeka ? kita yang hak-haknya masih tergadaikan. Atau mereka yang merdeka dengan kebebasan yang kebablasan atau dia atas nama kepentingan diri sendiri, keluarga, kolega maupun golongan untuk memperkaya diri sendiri.
Dirgahu Indonesiaku Ke-69. Tak mengenal waktu dan tak terbatas waktu ini semua sudah melekat di hati.
Oleh : Agung Pratama
sumber : http://blogskacang.blogspot.com/2014/08/merdeka-itu-siapa.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H