Lihat ke Halaman Asli

Pembubaran HTI dan Kelompok Liberal

Diperbarui: 5 Mei 2017   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mengalami jalan terjal di tahun 2017. Setelah mendapat resistansi dari salah satu ormas, sekarang wacana pembubarannya mulai mengemuka. Sebagai gerakan transnasional yang mengusung ide pembentukan unifikasi negara Islam, HTI memiliki sejumlah celah untuk dibubarkan. Saya tidak dalam rangka membahas kepatutan HTI dibubarkan atau tidak. Saya lebih memilih mengelaborasi diskursus liberalisme dan wacana pembubaran HTI. Sebab, apakah HTI anti Pancasila dan NKRI masih sangat perlu didiskusikan. 

Saya termasuk orang yang pesimis bahwa negara akan mengambil langkah serius membubarkan HTI. Selain karena masih perlu diperdebatkan, HTI adalah gerakan yang terorganisir sangat rapi dan menjangkau semua lapisan. Bergaining position HTI dalam arus pemikiran dan pembentukan opini publik relatif cukup kuat. Pembubarannya akan menimbulkan echo yang memekakkan. Belum lagi pembubaran ormas yang dianggap patut dibubarkan harus melalui jalur pengadilan. Artinya, wacana ini masih akan bergulir relatif lama.

Sebagai organisasi gerakan pemikiran, tentu HTI akan menghadapi arus balik pemikiran dan wacana yang serius. Jika kita menginventarisasi intisari pemikiran HTI ada beberapa isu global (ideologi) yang fundamental dan menjadi sasaran pemikiran HTI, yakni (i) liberalisme, (ii) demokrasi, (iii) Hak Asasi Manusia (HAM), dan (iv) nasionalisme sempit. Isu-isu global tersebut juga menjadi bagian dari ruh kehidupan berbangsa Indonesia. Bahkan, Pancasila sebagai asas kita bernegara, merupakan pembauran sebagian dari masing-masing ideologi yang saya sebutkan tersebut.

Sementara itu, propoganda liberalisme dan sekuleriasasi juga menjadi isu yang masih terus bergulir. Apalagi bandul momentum pilkada DKI masih menghangat. Polarisasi arus pemikiran akhir-akhir ini begitu menganga. Meskipun berbeda dalam banyak hal dengan ormas islam lain, beberapa ormas dan kelompok pemikiran berada pada sisi yang sama dengan HTI. Tidak dapat dipungkiri, rezim hari ini lebih "suka" berafiliasi dan berasosiasi dengan blok yang berseberangan dengan blok HTI.

Liberalisme dan semua pemikiran yang berasosiasi dengannya (kebebasan beragama, sekulerisme, feminisme dll) selama ini menjadi propoganda yang amat tertatih-tatih.  Meskipun memenangkan opini di media mainstream, kelompok pengusung liberalisme menghadapi arus opini akar rumput yang amat kuat. Tidak mengherankan, karena HTI dan kawan-kawan memang bermain arus opini pada lapisan ini.

Wacana pembubaran HTI dapat diartikan dalam beberapa bentuk penafsiran. Pertama, wacana ini semacam psywar bahwa kelompok liberal tengah menginfiltrasi rezim dan penegasan bahwa kendali ada pada kelompok ini. Kedua, sebagai upaya pelemahan bergaining position blok HTI. Hal ini akan berimplikasi secara berkelanjutan. Terutama dalam perang pemikiran dan merebut polarisasi pengembangan wacana publik.

Keterlibatan agama secara formal dalam negara juga menjadi pusaran konfrontasi. Kelompok liberal selau berseberangan dengan blok HTI menganai wacana tersebut. Bahkan, dengan gamblang HTI menghendaki Indonesia menjadi negara agama. 

Resonansi wacana pembubaran HTI juga akan bergetar pada beberapa ormas lainnya. Sebut saja FPI misalnya yang memiliki banyak irisan dengan wacana HTI mengenai formalisasi agama dalam negara. 

Sebenarnya negara telah menjadi jalan tengah. Indonesia memang mengambil sebagian instisari liberalisme, tetapi juga mengakomodir formalitas ajaran agama. Kelompok liberal dan HTI berada pada kutub ekstrim. Konfrontasi selama ini hanyalah upaya memenangkan tarik menarik tersebut, dan itu alamiah bagi negara "gado-gado" seperti Indonesia.

Bagi saya, skor 1-0 untuk kelompok liberal, yang jika pemerintah kelak benar-benar membubarkan HTI skor menjadi 2-0. Selanjutnya kelompok ini akan mudah memainkan strategi ball posesion, menggiring opini publik dan memenangkan wacananya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline