Assalamu'alaikum wr wb
Apa yang penulis tulis pada artikel ini sangat bersifat subjektif dan mungkin lebih tepatnya disebut opini karena sedikitnya pengetahuan penulis dan sumber referensi yang dijadikan rujukan [intermezzo]
Langsung saja pada topik pembahasan tentang Pemilukada Kab. Bandung.
Prolog
9 Desember 2015 menjadi tonggak sejarah dalam ranah politik Bangsa Indonesia, untuk pertama kalinya di era reformasi sekarang ini dihelat pesta demokarasi daerah secara serentak hampir di seluruh wilayah Indonesia, terlepas dari pro-kontra terkait teknis pelaksanaan atau kontroversi penentuan jumlah minimal paslon, namun pada akhirnya penulis selalu berharap keputusan yang ditetapkan semoga bisa menghasilkan pemimpin-pemimpin terbaik dari segala aspek serta membawa perubahan nyata ke arah lebih baik di daerahnya masing-masing.
Salah satu daerah yang mengikuti pesta demokrasi serentak ini adalah daerah yang menjadi tanah kelahiran penulis, Kabupaten Bandung. Daerah yang mempunyai luas wilayah 1756,65km persegi (lebih dari 10 kali lipat luas wilayah kota Bandung) dengan 31 kecamatan, 267 desa dan 9 kelurahan. Luas wilayah yang begitu besar dengan tanah yang subur dan SDA (sumber daya alam) yang melimpah terutama gas bumi. Bisa dikatakan kabupaten bandung sebagai salah satu daerah yang kaya dan seharusnya bisa mensjahterakan orang yang hidup diatas tanahnya. Disisi lain jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang mencapai 64,89% dari total penduduk Kab. Bandung, seharusnya menjadi potensi yang bisa dimanfaatkan untuk pembangunan SDM (sumber daya manusia) yang berkualitas. Akan tetapi potensi SDA dan SDM yang ada, jika tidak dikelola dengan baik, maka tidak akan menghasilkan hal baik yang berdampak baik, justru bisa jadi sebaliknya. Dan berbicara tentang tata kelola suatu daerah, maka tidak terlepas dari sosok seorang pemimpin, orang nomor satu sebagai gambaran daerah tersebut, dalam hal ini pemimpin Kabupaten Bandung. Oleh karena itu, pilkada serentak ini menjadi moment bagi warga Kab. Bandung untuk memilih pemimpin yang "mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang tepat untuk memimpin Kabupaten Bandung".
Kandidat Cabup Baru Belum Muncul
Saat memasuki tahun 2015 yang notabene tahun politik untuk kab.bandung, penulis menantikan kandidat-kandidat pemimpin baru yang muncul dengan gagasan dan terobosan baru sebagai solusi atas problematika kabupaten bandung, kalo untuk incumbent penulis lebih tertarik mengamati siapa yang akan dijadikan cawabup dan langkah politik apa yg akan diambil untuk mengamankan kursi no.1 ditengah konflik partai kuning yang sedang memanas kala itu. Namun seiring berjalannya waktu apa yang dinantikan tak kunjung hadir, entah karena penulis yang kurang gaul atau informasi dan publikasi dari para kandidat baru yang masih minim, hingga dirasa elektabilitas kang DN masih mendominasi dan memonopoli.
Barulah memasuki bulan ke-4 dan ke-5 mulai muncul samar-samar kandidat calon bupati baru.Diantara nama-nama yang muncul, Dede yusuf dan Ajeng Ratna Suminar menjadi kandidat yang menarik, karena berasal dari partai yang sama dan masih tercatat sebagai anggota DPR RI. Dede yusuf sebagai mantan wagub jabar lebih populer dan katanya mempunyai elektabilitas cukup tinggi, sedangkan bu ajeng yang merupakan orang asli kabupaten bandung sudah gencar juga ber-manuver politik terutama di basis massanya, kec.pacet dst. Namun entah apa alasannya, kedua nama ini pun perlahan tenggelam lagi. Disisi lain, PDIP yang saat ini menjadi partai penguasa tingkat nasional mengusung cabup sendiri dan ada selentingan kabar bahwa salah satu icon musik sunda Doel Soembang menjadi satu diantaranya.