Wow, ternyata sudah cukup lama tak menulis di Kompasiana, blog rame-rame yang telah memperkenalkan saya dengan banyak penulis. Terakhir berkunjung ke lapak ini November 2016, saat ikut berpartisipasi dalam lomba menulis cerpen fantasi. Hampir setahun yang lalu. Tak bisa dipungkiri karena bergabung dengan Kompasiana, khususnya Fiksiana Community lah, hobi berfiksi saya kembali muncul. Empat tahun lalu jauh di negeri yang kerap disebut Land of Fire, saya mulai menulis di Kompasiana.
Tujuan utama waktu itu adalah untuk mengisi waktu luang saat rutinitas sebagai IRT sudah selesai di lakukan. Awal tulisan yang saya share lebih banyak bercerita tentang Negara Azerbaijan, khususnya Kota Baku dengan segala keindahan dan kekhasannya. Alhamdulillah hobi saya bisa membantu beberapa pembaca yang akan mengunjungi kota angin tapi masih awam dengan negara pecahan Uni Soviet tersebut.
Hobi menulis fiksi juga kembali saya geluti. Ibarat mesin yang harus diberi pelumas biar lancar, saya pun mulai menulis cerpen di Kompasiana agar mengasah kembali majinasi dalam berfiksi dan mengikuti berbagai event yang diadakan.
NOVEL DUKA DARAH BİRU
Naskah novel ini mulai saya tulis tahun 2010 dan cukup lama terhenti karena bermacam "halangan". Tahun 2013/14 naskah novel tersebut kembali saya buka dan saat itu bertekad untuk menyelesaikannya. Tak mudah memang, karena jam terbang berfiksi saya yang masih rendah. Ide banyak, tapi mengeksekusinya dalam tulisan kerasa banget "wow sulit nya". Membuat sebuah cerpen saja terkadang mentok, lha ini kok malah mengkhayal menyelesaikan sebuah novel.
Alhamdulillah dengan perjuangan yang luar biasa beratnya (hihihi lebayy) novel pertama saya selesai dan karena dukungan dari penerbit Jentera Pustaka akhirnya awal tahun 2016 bisa diterbitkan.
DUKA DARAH BİRU mengisahkan tentang beratnya perjuangan dua orang wanita, Sri Khadijah dan anak perempuannya, Surami.
Sri Khadijah muda berontak. Ia memutuskan untuk keluar dari kenyamanan hidup di rumah joglo yang megah saat akan dinikahkan paksa oleh ayahnya dengan pemuda kaya dan berpendidikan. Putri juragan batik berdarah biru itu memilih untuk kawin lari dengan kekasih hatinya, Samedjo, pemuda miskin yang sangat mencintai Sri Khadijah.
Oyong, anak sulung yang harusnya menjadi sandaran hidup Sri Khadijah, terlahir dalam ketidaksempurnaan fisik dan mental. Lelaki kesayangan Sri Khadijah itu pun harus pergi dari dunia fana di usia yang masih belia dan dengan cara yang mengenaskan. Dia menyelamatkan nyawa seseorang yang bahkan tak pernah menyayanginya.
Surami, anak kedua Sri Khadijah, wanita ayu yang dibenci ibu mertuanya sendiri. Lepas ditinggalkan tanpa kabar oleh suaminya, Kardi, Surami mengalami banyak peristiwa yang membuatnya belajar, apalagi ketika ia harus merasakan dinginnya tembok penjara.
Supri Kuncoro, anak bungsu Sri Khadijah, adalah pemuda yang bercita-cita menjadi seorang diplomat. Ketika melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta, ia bertemu dengan orang-orang yang kemudian mengubah hidupnya, juga hidup keluarganya.
JANJI D TEPI LAUT KASPA
Sekitar tahun 2014 tebersit keinginan untuk membuat sebuah novel dengan setting Azerbaijan, sebuah negara yang kaya akan minyak, terletak di sekitar pegunungan Kaukasus dan Laut Kaspia dengan peradaban tuanya. Setelah membaca novel ini, saya berharap pembaca akan mendapatkan gambaran tentang tempat-tempat indah yang bisa dikunjungi, budaya unik yang bisa dipelajari dan makanan enak yang bisa dinikmati.
JANJ D TEPI LAUT KASPIA mengisahkan tentang seorang lelaki mapan bernama Damar yang terbelenggu dengan cinta pertamanya, Uki Wulandari. Lelaki yang bekerja di sebuah Oil Company yang kerap berpindah negara itu selalu membawa cinta pertamanya kemanapun dia pergi. Meski sudah mempunyai istri yang setia dan dua orang anak, Damar tak pernah bisa membuang nama Wulan dari benaknya. Dia masih ingin mencari dan bertemu dengan wanita yang bertahun lalu pernah dikecewakannnya.