Lihat ke Halaman Asli

Dewi Sumardi

Penulis Novel dan ibu Rumah Tangga

Teman Bisa Menerbitkan Buku, Irikah?

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi tadi saya mendapat WA dari salah satu sahabat Kompasiana. Dewiiiiiiiii bukuku sudah bisa ditemukan di seluruh Gramedia se Indonesia . Wowww .. "Hebat" itulah jawaban saya pertama padanya. Setiap ada teman sesama penulis ( mungkin memang mereka penulis dan saya sedang belajar menulis) yang akhirnya bisa menerbitkan buku, entah lewat penerbit Mayor atau penerbit indie selalu ada perasaan gado-gado dalam hati. Di satu sisi jelas saya ikut bangga dan bahagia karena hobi teman-teman saya tersebut bisa menghasilkan prestasi berupa sebuah buku/novel. Ada juga rasa lain antara motivasi dan rendah diri. Termotivasi kalau mereka bisa, mestinya saya juga bisa dong karena kesempatan pasti terbuka untuk siapa saja. Tapi di sisi lain ada juga rasa rendah diri yang muncul, wahh pasti tulisannya memang sudah pantas untuk dinikmati dalam sebuah buku, sedang karya saya .. hikss rasanya masih jauhhhh dari sempurna.

****

Menulis cerpen sudah saya mulai semasa di Sekolah Menengah  dulu, tapi hanya dibaca sendiri dan beberapa teman saja. Tak pernah berpikir untuk mengirimkannya ke majalah. Tahun 2010 lalu tiba-tiba kepengennnn sekali menulis novel. Tadinya sempat ngeri-ngeri sedap juga, bisa gak yaa menulis 200 halaman lebih untuk satu cerita. Rasanya gak mungkin saya bisa menuntaskan novel tersebut. Beberapa kali novel yang saya ambil setting sekitar Jawa Tengah tersebut sempat terbengkalai karena ide yang mandeg-deg (tak tahu mau nulis apa lagi), sibuk dengan hobi lain dan jualan saya yaitu merangkai aksesoris dan pada  2012 awal saya sibuk mengurusi kepindahan keluarga kami ke Baku. rasanya sudah tak kepikiran lagi bagi saya untuk menyelesaikan novel tersebut.

****

Pada awal 2013, saya mulai aktif menulis di blog rame-rame kita tercinta ini , yaah buat mengisi waktu di kota Baku, maklum sebagai Ibu Rumah Tangga yang hanya berteman dengan sapu dan panci butuh kegiatan lain agar tak jenuh dan juga otak tak mandeg. Akhirnya setelah menulis di blog Kompasiana ini keinginan menyelesaikan novel bangkit lagi dan meskipun dengan terengah-engah selesai juga novel pertama sebanyak 230 halaman. Novel selesai, puas dan senangkah? Ya tentu saja entah apapun hasilnya rasa yang pertama ada dalam hati adalah sangat-sangat senang karena  saya bisa menyelesaikan sebuah cerita yang tadinya hanya “sepenggal” di dalam kepala, akhirnya saya bisa menyelesaikan dalam 230 halaman. Just felt so amazing ....

Setelah menyelesaikan satu naskah novel, saya mencoba kembali menulis satu novel dengan mengambil  setting tempat saya berdomisili saat ini, yaitu negara Azerbaijan, khusunya kota Baku.  Naskah novel yang kedua tak setebal  naskah novel pertama, hanya 186 halaman.

O ya saya juga pernah menulis sebuah cerita dalam dwi bahasa ( Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia) dalam bentuk cerita bergambar

****

Ide sudah bisa tertuang dalam sebuah naskah untuk buku/novel, selanjutnya pasti ingin menerbitkannya dan menginginkan semua orang bisa membaca karya kita.  Untuk cerita bergambar saya pernah mencoba mengirimkannya ke sebuah penerbit Mayor yang cukup besar , tapi dikembalikan lagi. Yah mungkin memang belum rejeki saya. Untuk novel pertama saya memang belum berusaha untuk mengirimkan ke penerbit Mayor, sedang novel kedua sempat saya ikutkan ajang perlombaan tapi gagal.

****

Menerbitkan sebuah Buku/Novel memang sekarang bisa menempuh dengan beberapa cara. Bisa mencoba mengirimkan ke Penerbit Mayor yang membutuhkan beberapa bulan untuk bisa mengetahui apakah naskah kita diterima atau tidak. Dan dengan mengirimkan ke penerbit Mayor, tentu saja ada editor 2 hebat yang akan memeriksa karya kita layak atau tidak untuk diterbitkan. Cara lain menerbitkan buku yang  saat ini banyak juga dilakukan oleh penulis adalah dengan self publishing (penerbit indie),  yaitu menerbitkan dengan modal sendiri.  Banyak Penerbit indie menawarkan bemacam-macam paket yang bisa dipilih oleh penulis. Saat ini saya akan mulai mencoba mengirimkan dua naskah novel saya ke Penerbit Mayor terlebih dahulu. Saya sadar kualitas naskah saya masih jauhhhhhhhhhhhhhh bangett dari sempurna. Kekurangan pasti masih ditemukan di sana-sini. Tapi rasanya kalau gak mencoba mengirim ke penerbit mayor kok gak mantep ya ... he he ...  Kalau nanti memang ditolak (mentah-mentah lagi) saya akan mencoba penerbit Indie untuk menerbitkan naskah saya. Yaaaa setidaknya karya saya bisa terbentuk dalam suatu "Buku" yang akan menjadi kenang-kenangan untuk sebuah hobi yang saya miliki, yaitu menulis.  Diawali dengan Bismillah ... biarlah hasil akhirnya Allah yang menentukan.



Teman-teman saya bisa menerbitkan buku, masak saya enggak sih ... Semangattttttttt .....

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline