[caption id="attachment_388914" align="aligncenter" width="300" caption="Kios souvenir di Baku - Dokpri "][/caption]
Membaca tulisan Kang Tubagus Encep tentang "Jangan (biasakan) meminta oleh-oleh pada teman yang bepergian" membuat saya terhenyak sesaat.. He he he.. Lebay banget bahasanya. Tapi memang bagi saya yang kebetulan nomaden, alias berpindah pindah tempat dalam kurun waktu tertentu di Indonesia dan saat mengikuti suami tugas di beberapa Negara lain kalimat semacam "jangan lupa ya oleh-olehnya kalau pulang nanti" atau "Mau dong aku dibeliin barang yang khas sana nanti kalau pulang" sering sekali saya dapatkan, entah dari saudara-saudara atau teman-teman lainnya.
Apakah bagi saya kalimat tersebut menjadi suatu beban yang berat yang harus saya laksanakan? Kalau dipikir secara banget-banget iya juga sih.. He he he.. Karena mencari oleh-oleh terkadang membuat kita pusing tujuh keliling. Kalau saya ditakdirkan menjadi konglomerat atau artis yang kayah raya mungkin buah tangan menjadi sesuatu yang gampang.. Kecilll.. Gak perlu pakai dipikir. Tinggal masuk ke butik butik ternama dan bela beli barang barang bermerk seperti tas yang konon katanya seharga rumah itu, sepatu, parfum dan Lain-lain.
Tapi saya dengan keuangan yang tak berjibun (alhamdulillah ada sih rejeki juga tapi gak berlimpah, dosa nanti kalau saya bilang gak ada uang) memilah dan memilih oleh-oleh memerlukan pemikiran dan hitung-hitungan tersendiri.
Saya tahu sih, ucapan ucapan "mengharapkan" oleh-oleh bisa serius, bisa juga hanya bercanda. Tapi saya sendiri termasuk tipe orang yang "gak bisa" tak membawa oleh-oleh kalau pulang dari tempat tugas suami. Jadi apapun bentuknya, pasti saya usahakan untuk membelinya meski saya harus menyisihkan uang tersendiri dan harus membelinya dengan menyicil (tak sekaligus) agar tidak kaget atau shock dengan jumlah uang yang dikeluarkan.
Saya dan suami berasal dari keluarga yang sangat besar, 11 bersaudara. Hmmm bisa dibayangkan berapa oleh-oleh yang harus saya beli untuk mereka yang sudah beranak cucu sekarang. Belum lagi untuk kerabat , tetangga kanan kiri dan sahabat plus teman-teman lainnya yang lumayan dekat. Puyeng khan? Bangettttt.. He he he..
Tapi di sisi lainnya saya termasuk orang yang sangat enjoy alias menikmati "ritual" mencari oleh-oleh, blusukan ke pasar-pasar souvenir atau makanan khas. Yang terpenting bagi saya yang namanya oleh-oleh atau buah tangan tak harus mahal. Saya pribadi kalau mendapat oleh-oleh dari teman atau sahabat lebih memaknainya sebagai sebuah perhatian. Apapun yang saya dapatkan saya sudah senang. Nah begitupun yang saya harapkan ketika saudara, sahabat atau teman mendapatkan buah tangan dari saya setiap pulang tugas. Bisa mengerti bahwa saya menyayangi mereka ... Wuihhh dalem bener yak ...
Apa saja sih yang biasanya saya berikan sebagai buah tangan ketika pulang tugas :
1. Coin/uang negara setempat
Ada beberapa teman yang meminta benda ini sebagai oleh-oleh. Saya sendiri memang suka sekali mengumpulkan mata uang negara-negara yang pernah saya kunjungi. Yah kalau coin atau uang lembaran bernilai kecil bolehlah buat oleh-oleh asal jangan yang jumlahnya besar ya, karena bisa untuk modal membeli oleh-oleh.. Ha ha ha
2. Perangko dan kartu pos