Dalam politik tidak ada istilah kawan abadi ataupun lawan abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi bagi masing-masing pihak yang diuntungkan didunia perpolitikan tersebut. Kepentingan dapat menjadikan lawan menjadi kawan atau kadang-kadang bahkan kawan menjadi lawan. Selama kepentingannya sama ya jadi kawan, kalau kepentingannya beda ya bisa jadi lawan. Itulah dunia politik yang penuh dengan kepentingan-kepentingan mereka sendiri
Ranah politik adalah dunia yang abu-abu, sebuah panggung yang tak tegas, secara hitam dan putih. Jadi dalam politik, tiada kawan yang abadi. Karena yang ada hanya kepentingan abadi. Maka, omong kosong bila ada politik yang adil. Bahkan mungkin dengan nyinyir kita menangkap hiruk pikuk di panggung politik tak jauh beda dengan lapak bisnis. Untung rugi jadi ukuran. Kepentingan sempit menjadi yang nomor satu. Sementara kesetiaan ditempatkan pada nomor dua. Maka tidak heran, bila dulu gagah merasa menjadi lawan paling lantang terhadap kekuasaan, tapi begitu ada peluang mereguk nikmatnya kekuasaan, langkah pun merapat dengan berbagai dalih. Dan itu di pertontonkan tanpa malu-malu. Tiada kawan abadi dalam politik.
Tidak ada ikhtiar, bagaimana ideologi diperjuangan dan menjadi spirit dasar dari kekuasaan yang hendak digapai. Maka tidak heran, bila dulu lawan sekarang malah menjadi kawan. Itu karena syahwat kekuasaan. Tak perlu cari kemana-mana hanya untuk mendapatkan contoh, tiada lawan abadi dalam politik.
Masalah yang terjadi antara Arab Saudi dengan Yaman sering di bicarakan saat ini. keikutsertaan Arab Saudi dalam mencampuri urusan perang saudara yang terjadi di negara Yaman. Arab Saudi ikut tergabung di dalam koalisi yang melibatkan aliansi negara-negara Arab yang membantu pemerintahan Yaman dari pemberontak Houthi yang saat ini mengambil alih pemerintahan. Dengan tindakan Arab Saudi yang ikut menyerang Yaman ini, dapat kita ambil kesimpulan tak ada kawan dan lawan yang abadi di dalam dunia politik. Sebab selama ini, nyatanya Arab Saudi adalah negara yang intens bekerja sama dengan Yaman. "Bertahun kerja Saudi membantu Yaman, hari ini Yaman di serang Saudi. Benar ungkapan 'tiada teman dan musuh abadi dalam politik, yang ada kepentingan abadi," Yaman saat ini sedang terjebak dalam situasi perebutan kekuasaan antara pihak pemerintahan yang baru saja digulingkan Abd-Rabbu Mansour Hadi dengan pihak pemerintah yang menguasai secara de facto oleh gerilyawan Syiah Houthi. Operasi militer Arab Saudi ini datang tak lama setelah Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi meminta bantuan militer pada organisasi Liga Arab. Ini sebagai upaya untuk menghancurkan pemberontak Syiah Houthi dan mengembalikan Yaman pada pemerintahan yang sah. Pihak Liga Arab memperingatkan bahwa gerakan Syiah Houthi ini akan menyebabkan runtuhnya proses politik di Yaman. Yaman telah tercabik-cabik oleh ketidakstabilan sejak demonstran Arab Spring memaksa jatuhnya Presiden Ali Abdullah Saleh pada tahun 2011, yang kini diyakini sebagai salah satu pendukung pemberontak Syiah Houthi selain Iran.
Dalam kaitan ini, sekali lagi kita harus ingat bahwa politisi tidak punya teman permanen atau musuh permanen. Yang ada hanyalah kepentingan permanen. Dalam kaitan ini, kita boleh jadi harus menerima bahwa pada dasarnya ada jenis persahabatan yang sifatnya nonpersonal, mengikuti apa yang sejak dulu diterapkan untuk lingkup antarnegara. Oleh karena itu pula, dari ranah politik sebaiknya orang jangan mengharapkan ciri-ciri seperti yang dipancarkan oleh hubungan persahabatan yang normalnya ada pada persahabatan antara dua atau sejumlah orang, yang di dalamnya misalnya saja terpancar kuat perasaan saling menghargai, setia, dan siap berkorban bagi sahabat, bahkan kadang sampai tingkat lebih mendahulukan kepentingan sahabat daripada kepentingan diri sendiri.
Sering kali di elemen inilah psikologi atau insting politik akan menampilkan realitas berbeda. Loyalitas bisa berakhir begitu saja manakala muncul kepentingan baru yang tidak sejalan dengan kepentingan lama. Ikatan yang disinggung di atas boleh jadi terkait dengan insting manusia untuk survive. Namun, psikologi sebagai ilmu yang mengkaji sifat dan perilaku manusia diharapkan bisa menjelaskan seberapa jauh insting survival bisa rujuk dengan ideal lain, seperti loyalitas dan kejujuran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H