Lihat ke Halaman Asli

NAIK TURUNNYA HARGA BBM, MASYARAKAT MERASA DIPERMAINKAN

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak kiprahnya menjadi Gubernur D.K.I Jakarta bersanding dengan AHOK, pak Jokowi memulai menata kehidupan rakyat Ibu Kota, dengan kebiasaannya turun langsung ke rakyat dan dengan julukan bapak belusukan membuat rakyat semakin terhipnotis dengan kinerja Bapak Joko Widodo atau sering disebut JOKOWI. Pak Jokowi yang notabenenya berasal dari partai PDIP ini sering disebut sebagai anak emasnya ibu Mega Wati, dalam bursa pencalonan presiden priode 2014-2019 PDIP mengusung Pak Jokowi sebagai calon presiden dan di gandeng dengan Juyub Kalla (JK), dengan ketenarannya membuat Jokowi memenangkan pemilihan presiden dan menjadikannya orang nomer satu di Indonesia. Akan tetapi belum satu semester menjadi prsiden, Joko Widodo sudah berulang kali mendapat kecaman public. Hari-hari ini, public mengecam Jokowi karena memilih orang yang dinilai tidak bersih untuk menduduki posisi strategis dalam penegakan hokum yaitu menujuk Komjen.Budi Gunawan (BG) sebagai Ketua Kapolri Republik Indonesia, yang dimana Bagus Gunawan yang jelas-jelas tersandung kasus pembengkakan rekening gendut yang di tangani oleh KPK. 9 Januari 2015 lalu, Jokowi meneken surat dan kemudian mengirimkannya kepada DPR untuk dimintai persetujuannya, dimana isi surat tersebut adalah memberhentikan Kapolri Jendral Sutarman dan menggantinya dengan Komisaris Jendral Budi Gunawan.

Selain itu juga masih banyak lagi kontroversi yang di lakukan oleh sang belusukan, dan yang paling menghat saat ini adalah keputusan pak Jokowi menaikan harga BBM bersubsidi saat harga minyak dunia turun. 17 November 2014, Presiden Jokowi didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah menteri terkait energy mengumumkan kenaikan BBM bersubsidi di Istana Kepresidenan, dimana harga premium naik dari Rp6500 menjadi Rp8500 per liter . Dengan kebijakan seperti itu reaksi public sangat menolaknya dengan banyaknya demonstrasi dari berbagai elemen masyarakat di berbagai daerah. Aksi demonstrasi tak surut dalam hitungan hari melainkan berminggu-minggu. Dampak dari kebijakan dan kenaikan harga BBM terlihat langsung di berbagai sector, dengan melonjaknya berbagai harga kebutuhan pokok di masyarakat, dianataranya kenaikan harga daging, beras yang menembus harga Rp1300 per kg dan sayur-sayuran dan yang paling terlihat kenaikan tarip ongkos angkutan umum (angkot), para supir terpaksa menaikan ongkos karna para pengusaha angkot dan supir angkot harus menutupi biaya oprasional mereka, sehinga mau tidak mau mereka menaikan tarip, sehinga mereka sempat melakukan mogok beberapa hari sehingga para penumpang terombang ambing, itu salah satu protes ketidak puasan terhadap kebijakan menaikan harga BBM. Kenaikan harga BBM tersebut tidak di imbangi dengan bantuan-bantuan yang membatu masyarakat khususnya masyarakat menengah kebawah, yang mana semakin tercekik dan bahkan lama-kelamaan akan mati dengan sendirinya, masyarakat beranggapan bahwa pemerintah hanya mementingkan permaenan politik dan hanya menyerahkan harga BBM ke tangan pasar saja, tanpa mementingkan dampak yang akan terjadi di masyarakat. Selang beberapa bulan pemerintah kembali lagi menurunkan harga BBM menjadi harga biasanya, akan tetapi dengan turunnya harga BBM tidak berdampak terhadap turunnya harga kebutuhan pokok di masyakat bahkan harga kebutuhan pokok cenderung semakin meningkat, selang beberapa minggu tanpa sepengetahuan masyarakat, tiba-tiba pak Jokowi dengan gagahnya kembali menaikaan harga BBM sebesar Rp200 per liter, akan tetapi Pemerintahan Jokowi-JK tidak puas dengan menaikaan harga BBM sebesar Rp 200 per liter, untuk itu Pemerintah Jokowi-JK kembali memutuskan menaikkan kembali harga BBM sebesar Rp500 per liter, dimana harga premium naik menjadi Rp7300 per liter, solar Rp6900 per liter, sontak masyarakat seantero Indonesia merasa kaget dengan kebijakan tersebut, masyarakat merasa seolah-olah telah dipermaenkan oleh Pemerintah yang tidak pernah berpihak kepada masyarakat, kenaikan harga BBM yang ke tiga kali ini sangat membuat masyarakat geram dengan tingkah laku Pemerintah yang hanya meneyerahkan harga ke mekanisme pasar saja. Apakah naik turunnya harga BBM ini ada hubungannya dengan mafia Migas ???. Ini membuktikan bahwa kepemimpinan era Jokowi- JK tidak berhasil dalam menangani masalah kehidupan masyarkat Indonesia. Dampak dari kenaikan harga BBM ini khususnya Solar membuat para nelayan memutar otak untuk mendapatkan pendapatan yang banyak, secara dengan naiknya harga solar membuat para nelayan sebagian besar tidak pergi melaut karna tidak bisa membeli solar. Dengan hal seperti ini masyarakat kecillah yang menjadi korban yang paling merasakan dampak kenaikan BBM. Kebijakan yang di telurkan oleh Pemerintah banyak mendapatkan pengaruh dari koalisi Merah Putih, Apalagi dari pemimpin Partai NASDEM yang notabenenya merupakan salah asatu orang yang disinyalir sebagai actor dalam kenaikan harga BBM ini, dimana ketua umumnya menjadi jambatan untuk mmembeli minyak mentah dunia. Kita sebagai masyarakat kecil hanya bisa menerima kebijakan tersebut, melawanpun tidak ada hasilnya karna rintihan dan tangisan rakyat kecil tidak pernah di dengarkan oleh para DOMBA-DOMBA RAKUS NEGARA INI !!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline