Melihat beberapa kasus yang terjadi akhir - akhir ini, media masa banyak memberitakan tentang kekerasan yang dilatari oleh perbedaan agama dan kebudayaan seperti yang terjadi di Afrika Tengah beberapa waktu lalu, yakni pembantaian umat islam oleh sekelompok orang mengakibatkan kerusuhan di Negara tersebut dan berdampak kesetabilan Negara terganggu.
Indonesia Negara yang terdiri dari pulau – pulau kecil dengan berbagai perbedaan Suku,Ras, dan Agama. Tidak luput dari segala ancaman yang dilatar belakangi oleh peredaan tersebut, namun jika dikaji lebih dalam lagi perbedaan itu tidak menjadi masalah jika masyarakatnya saling menghormati satu sama lain, ada beberapa daerah di Indonesia yang menunjukkan sikap Multikulturalisme yang tinggi salah satunya di pulau Lombok yang terletak di provinsi Nusa Tenggara Barat sedang berupaya mengembangkan diri dari berbagai segi, baik identitas kebudayaan maupun pariwisatanya.
Namun, sebagai identitas kebudayaan yang berdiri sendiri, masyarakat Lombok tidak sekadar ingin mengembangkan pariwisata tanpa identitas pembentuknya. Maka, dibangunlah kesadaran bahwa Lombok dengan budaya sasaknya memiliki akar sejarah sendiri jauh sebelum kedatangan orang-orang Bali ke Lombok. Masyarakat tradisional Sasak merupakan penghuni awal di Pulau Lombok. Konstruksi masyarakat ini dibentuk berdasarkan konsensus bersama dari berbagai etnis yang pada masa lalu sudah ada di Lombok, yaitu etnis Bali, Jawa, dan Makassar.Sebagian besar orang Sasak kini adalah orang desa yang mayoritas beragama Islam dan pernah dibangun di atas fondasi spiritualitas, animisme, Hindu, dan Buddha. Hal ini menyebabkan masyarakat Sasak menjadi sebuah kebudayaan yang multietnis dan multikulturalisme, dan merupakan gambaran wajah kebudayaan yang alkulturatif.
Perkembangan kebudayaan di Lombok mendapat pengaruh dari kebudayaan Islam dan Hindu dalam periode yang hampir bersamaan, yaitu pada pertengahan hingga akhir abad 16.Peradaban Islam di Pulau Lombok berkembang di bagian Utara dan Selatan Lombok. Sedangkan peradaban Hindu berkembang dari bagian Barat ke Timur Lombok. Salah satu buktinya yaitu Pura Lingsar berada di Desa Lingsar, Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat, pura ini adalah pura terbesar di Lombok. Dibangun sejak 1741 oleh Raja Anak Agung Ketut Karangasem dan dianggap pura yang paling suci di Lombok. Uniknya, pura ini gabungan antara niali-nilai agama Hindu dan Islam Wetu Telu.
Di tempat ini betul-betul menunjukkan harmonisasi antara agama Islam dan Hindu. Sehingga tak heran jika ritual 2 agama tersebut dapat berjalan berdampingan tanpa terjadi gesekan, sebagai simbol menjaga kesucian pura ini maka setiap pengunjung diharuskan untuk menggunakan selendang kuning sebagai tanda penghormatan. Kendati selalu digunakan untuk beribadah dua agama yang berbeda namun dalam setahun sekali ada upacara yang melibatkan umat Hindu dan Islam di pura ini. Upacara itu bernama Perang Topat. Dalam ritual ini mereka “berperang” menggukana topat atau ketupat yang dilemparkan kepada sesama temannya. Maksud dari perang ini adalah sebagai tanda bersyukur atas rejeki yang selalu dilimpahkan oleh Tuhan. Perang Topat biasanya dilakukan pada sebelum musim tanam padi dan sesudah musim penghujan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H