Pada hari Senin, 16 Januari 2023, Tim Gajah Perang, Thailand menegaskan diri sebagai "raja" Asia Tengga setelah menjuarai turnamen paling bergengsi, AFF sebanyak Tujuh kali. Tim Asuhan Alexandre Polking menyudahi perlawan Vietnam dengan kemenangan tipis 1:0 di kandang sendiri, setelah pada leg pertama bermain imbang 2:2 di kandang Vietnam. Pelajaran apa yang harus dipetik dari kemenangan Thailand pada edisi kali ini?
Pertama, Thailand kali ini datang ke piala AFF tanpa diperkuat sejumlah pilar penting. Salah satu pilar yang absen adalah sang gelandang serang, Chanathip Songkrasin. Pemain yang sedang berjuang keras di level klub bersama Kawasaki Frontale itu menginginkan waktu istirahat lebih banyak agar tetap fit. Boleh jadi, Chanathip ingin memberikan waktu bermain lebih banyak kepada para pemain muda tim Gajah Perang. Kehilangan Chanathip tidak membuat pasukan Polking, pincang. Mereka bahkan tidak pernah kalah dalam turnamen AFF kali ini sampai partai puncak. Hal tersebut membuktikan bahwa tim Thailand berada pada level yang berbeda dengan tim-tim lain di Asia Tenggara.
Kedua, Kekurangan sejumlah pilar penting tidak mengganggu keseimbangan permainan Thailand karena sang pelatih mampu meramu dan memaksimalkan potensi pemain yang ada. Theerathon Bunmathan yang sebelumnya bermain sebagai back kiri, kali ini mendapatkan tugas baru dari pelatih Alexandre Polking sebagai pengatur serangan. Dan Theerathon menjalankan peran barunya dengan sangat baik, bahkan di akhir turnamen sang kapten terpilih sebagai pemain terbaik. Hal tersebut sekali lagi menegaskan bahwa Timnas Thailand tidak tergantung pada satu atau dua pemain. Mereka memiliki materi pemain yang bagus hampir di semua posisi.
Ketiga, output dari kompetisi domestik yang bagus adalah timnas yang bagus. Kedua hal tersebut berjalan beriringan dan tidak dapat dipisahkan. Tampak jelas bahwa para pemain Thailand sangat bagus menguasai teknik dasar bermain sepak bola, seperti melakukan passing, mengontrol bola dengan baik dan benar, dan menggiring bola.
Selain itu, pergerakan tanpa bola para pemain Thailand juga bagus sehingga memudahkan teman mengirimkan umpan atau melakukan passing. Selain memiliki mental bertanding yang bagus, para pemain Thailnad memang sudah ditempa oleh liga yang bagus. Sang pelatih Alexandre Polking tidak perlu bersusah payah mengajari para pemain melakukan passing dan kontrol bola dengan benar, karena klub-klub di Liga Thailand memang menekankan teknik dasar itu sejak usia dini. Berbeda dengan tim-tim lain di Asia Tenggara yang masih berusaha keras menanamkan konsep bermain bola dengan baik dan benar. Bahkan pelatih sekelas STY pun misalnya, harus marah-marah di luar lapangan melihat anak asuhnya bermain tidak sesuai keinginan sang pelatih, termasuk untuk urusan teknik dasar bermain bola seperti passing dan kontrol bola. Kelemahan pada teknik dasar bermain sepak bola tentunya berpengaruh pada pola permainan, selain mesti didukung oleh stamina yang bagus.
Karena itu, sekali lagi kompetisi domestik atau liga harus diperbaiki, selain pembinaan usia dini yang kontinyu dengan kurikulum sepakbola yang baik dan benar untuk menghasilkan Timnas yang jawara. Kita tidak bisa menghasilkan sesuatu yang baik, jika hanya mengharapkan proses yang instan. Karena hasil yang baik diperoleh melalui perjuangan yang panjang dan tak kenal lelah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H