Lihat ke Halaman Asli

Yakobus Sila

Pekerja Mandiri

Mental Tambal Sulam

Diperbarui: 3 Juni 2019   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hampir semua proyek perbaikan jalan di Indonesia adalah proyek tambal sulam. Mulai dari Bandung, Karawang, Cikarang, Jakarta, Depok, dan Tangerang kita tidak sulit menemukan perbaikan jalan dengan sistem menimpali aspal yang sudah rusak dengan spa baru. Persis seperti anak-anak bermain pasir di pantai dengan membentuk gundukan pasir yang tidak membutuhkan konsep dan seni. Hujan sekali saja, gundukan pasir hasil "main-main" itu akan rusak tanpa bentuk.

Jalan raya yang dibangun dengan sistem tambal sulam akan menghasilkan kualitas jalan yang sangat rendah, dan mencelakakan banyak pengemudi dan merasa kendaraan. Saya rasa hanya manusia aneh yang membuat proyek perbaikan jalan dengan cara kerja atau budaya kerja terbilang rendah. 

Seni mengerjakan jalan, tidak terlepas dari budaya dan keadaban sebuah bangsa. Negara-negara yang sudah sangat maju, termasuk maju dalam cara berpikir, tidak akan membuat perbaikaikan jalan yang merendahkan diri sendiri. Karena, hasil karya menggambarkan keadaban sebuah bangsa dan manusianya. 

Jika hasil karyanya asal-asalan atau asal jadi, boleh jadi keadaban bangsanya juga asal-asalan. Dalam banyak hal, orang menjadi begitu pragmatis, dengan prinsip yang penting proyek selesai. Hasilnya tidak penting, dan "bodo amat" dengan pengguna jalan, yang penting dana proyek sebagian besar bisa masuk kantong. Yah, kantong selalu tidak cukup terisi karena mental rakus, dengan gaya hidup mewah yang tidak tahu diri. 

Harusnya, gaya hidup disesuaikan dengan penghasilan, tapi orang-orang korup tidak mau tahu, dan menggunakan uang orang lain untuk kepentingan diri sendiri. Egois luar biasa, sampai proyek jalan untuk orang banyak pun dikorupsi. 

Itulah cerita tentang kaum pemborong proyek perbaiki jalan rusak bermental tambal sulam, yang suka gampang dan menggampangkan segala perkara. Mereka enggan bekerja keras untuk kepentingan orang banyak. Mereka hanya mau berjuang untuk diri sendiri, tanpa rasa malu menindas dan merampas hak orang lain. 

Untuk mengatasi kerakusan yang tak terkendali itu, pemerintah harus benar-benar kontrol ke bawah. Termasuk kontrol para pemenang tender yang punya tugas membuat jalan raya dan jalan tol menjadi lebih baik dan menyenangkan semua pengguna. Uang harus dipakai sesuai takaran yang ditetapkan, dan tidak bocor untuk keuntungan diri dan kelompok.

Jalan harus dikerjakan dengan konsep dan seni membuat jalan yang benar, agar para pengguna jalan merasa nyaman, dan juga bangga dengan pemerintah terutama para pemenang tender proyek. Mental tambah sulam adalah mental orang malas, yang enggan berpikir, atau berpikir benar tapi enggan berbuat benar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline