Lihat ke Halaman Asli

Anak Salah Tak Perlu Dibela

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sekitar jam 07.00 wib hari ini, sekolah saya kembali kedatangan orang tua siswa. Bapak ini hendak menemui kepala sekolah dan guru untuk keperluan husus. Memintakan maaf anaknya yang melakukan pelanggaran berat [maaf saya lebih baik tidak menyebutkannya] menurut aturan main sekolah. Saya tertarik menulis kejadian luar biasa pagi ini, karena cara orang tua ini bagi saya termasuk langka.

Bapak ini datang bersama anaknya ke sekolah. Wajahya sangat teduh tetapi memancarkan tanggung jawab tinggi sebagai orang tua. Bersama anaknya, bapak ini begitu santun berbicara. Terbersit dalam tuturnya penyesalan yang begitu mendalam atas kelakukan anaknya.

Atas nama keluarga, saya mohon maaf kepada guru-guru di sini karena anak saya sudah melakukan pelanggaran yang mencoreng nama baik sekolah,” begitu ia membuka pembicaraan. “Saya tidak ingin anak saya belajar di sekolah ini sia-sia. Tugas saya hanya memohon maaf. Tentang sanksi apapun yang akan djatuhkan oleh sekolah, saya sebagai orang tua menerima,” ujarnya lagi.

Sejuk sekali saya mendengarnya. Tidak cuma saya, guru yang ada di situ juga terhipnotis oleh kesantunan bapak ini. Tak ada kata sedikit pun upaya membela diri. Tak ada tutur sedikit pun usaha membenarkan anaknya. Sebaliknya, tak ada tutur sedikit pun untuk memojokkan sekolah. Cuma satu hal yang dibicarakan, anaknya salah, karena itu anaknya layak memperoleh sanksi dari sekolah.

Selepas bapak ini dikasih penjelasan oleh kepala sekolah, ia dan anaknya pulang. Saya melihat ia pulang dengan begitu tenangnya. Seolah tanpa beban karena ia telah menunaikan tugasnya dengan benar, meminta maaf atas pelanggaran anaknya.

Tak Perlu Dibela

Sepulang bapak ini, saya merenung. Begitu langkanya pengalaman pagi ini. Meski sebelumnya banyak orang tua yang datang ke sekolah karena anaknya bermasalah, tetapi tak sama dengan peristiwa pagi ini. Ada orang tua yang meminta maaf, tetapi tidak siap dengan sanksi. Ada orang tua yang anaknya sudah salah, tetapi masih dibela. Bahkan ada orang tua yang mengancam, meski dibungkus dengan pitutur halus.

Bapak ini sekali lagi berbeda. Meski anak kalau salah, harus disalahkan. Bukankah kejadian langka? Yang banyak saya saksikan, termasuk saya sendiri, selalu ada kecenderungan membela anak. Misalnya, ketika main dengan anak tetangga atau temannya dan tiba-tiba berantem, maka tanpa tahu duduk perkaranya langsung menyalahkan anak orang lain. Kadang sudah tahu pun anaknya salah, tetap saja membela diri.

Bapak yang cukup bijak yang baru saja temui mengajarkan banyak hal tidak saja kepada anaknya, tetapi bagi saya juga. Soal keberanian mengakui [anaknya] salah, meminta maaf karena salah, dan siap menanggung akibatnya jika melakukan kesalahan. Dan itu diterapkan dengan tegas dan bijak, termasuk pada anaknya sendiri. Bukankah nilai-nilai seperti ini sudah langka? Jadi, kalau anak punya masalah dengan sekolah, tak perlu gebrak meja.

Terimakasih bapak sudah mengajari saya.

Matorsakalangkong

Sumenep, 15 juni 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline