Lihat ke Halaman Asli

Mukjizat Menyelamatkan Keluarga Kami…

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keluarga siapakah yang tidak pernah dirundung prahara? Tak ada. Besar atau kecil masalah pasti pernah menghampiri keluarga. Ada masalah yang minta tumbal misalnya penceraian. Ada masalah –berat sekalipun—bisa dicarikan jalan keluar. Kadang, jalan keluar itu seperti mukjizat. Sesuatu anugerah Tuhan diluar kemampuan nalar.

Itulah pengalaman sahabat saya. Kemarin selesai bercerita kepada saya, saya mohon ijin untuk menshare pengalamannya. Dan ia tidak keberatan.

Sekitar 3 bulan keluarga ini dirundung musibah. Masalahnya saya tahu begitu berat. Tak elok saya menceritakan di sini. Cukuplah dikatakan bahwa pemicunya adalah sahabat saya. Sang suami.

Dampaknya sungguh luar biasa. Pasangan yang tadinya dibangun di atas dasar saling percaya, tiba-tiba rapuh. Semuanya berubah. Kecurigaan dan bahkan paranoid menghiasai keseharian keluarga ini. Terutama sang istri.

Wajar. Jika saya menyertakan empati saya, saya bisa merasakan bagaimana bathin sang istri menghadapi masalah ini. sang istri berhak marah. Meski marahnya saya lihat jauh dari keseimbangan.

Setiap hari pertengkaran berlangsung. Sang istri yang terus menyulutnya. Segenap emosi tumpah. Sepertinya, Keluarga ini jadi neraka. Sangat panas. Seluruh penghuninya tak merasakan tentram. Tak ada lagi air yang bisa direguk untuk melepas dahaga. Semua yang berkobar adalah api. Api kebencian, dendam kesumat, muak, distrust, paranoid, curiga, saling menyalahkan, dan segala pernak-pernik yang terus menyala.

Jika pertengkaran tak ada, apinya menyala dalam sekam. Tak ada tegur sapa. Rumah seperti sepi. Sunyi. Meski dalam hati dan pikiran api tetap menyala.

Panas makin meninggi. Anak-anak mulai tahu. Masing-masing seperti sengaja mencari support dari anak, bahwa dialah yang paling benar. Tak pernah disadari bahwa anak mereka justru makin bingung. Tidak cuma bingung, tetapi keceriaan khas anak-anak detik itu juga terampas. puncaknya, sang istri sudah mengajukan gugat cerai ke pengadilan agama. ya..keluarga sudah di ujung tanduk perceraian.

Hingga malam itu, jam 2 dinihari. Sang istri memukul-mukul pasangannya. Sambil mengeluarkan kata-kata pedas, jauh dari control emosi, ia menumpahkan unek-uneknya. Semua. Termasuk kursi dan perabotan lain dilempar. Ia tak sadar, para tetangga yang mungkin tidur lelap malam itu terbangun, dan ikut menyaksikan prahara keluarganya yang kian panas.

Saat itu, sahabat saya sudah berniat keluar rumah. Sudah diniati, habis shalat subuh saat tepat untuk keluar rumah. Pergi jauh entah kemana dan berapa lama. Pokoknya keluar rumah. Ia keluar rumah hanya ingin melakukan refleksi. Merenung. Sesuatu yang tak mungkin dilakukannya di rumah dalam suasana neraka seperti itu.

Tapi sebelum keluar rumah sahabat saya mengajak anaknya yang masih SD shalat berjama’ah. Di sinilah mukjizat datang. Sang istri –yang sudah berbulan-bulan tidak melakukannya—berdiri di belakangnya, menjadi makmum kembali. Persis seperti sebelum prahara terjadi.

Sehabis shalat, ketika selesai berdo’a, tiba-tiba anaknya berbaring dalam rebahan bapaknya. Tak ada ucap sedikitpun. Sang bapak mengusap lembut ubun-ubun kepalanya. Kembali mukjizat terjadi. Sang istri meraih tangan sahabat saya dan menciumnya.

Sambil mencium tangan suaminya, sang istri mohon maaf atas sikapnya. Sang suami juga minta maaf atas masalah yang dipicunya. Rekonsialisi terjadi malam itu. Disaksikan anak kecilnya. Setelah shalat subuh, waktu yang seharusnya suaminya sudah keluar rumah. Kabur entah kemana.

Saya yang mendengar penuh keharuan…hanya mengucapkan Alhamdulillah. Masalah yang demikian besar sudah bisa diselesaikan. Tanda bahwa Tuhan masih sayang sama keluarga sahabat saya ini.

Bisa jadi ini adalah hikmah dari kebiasannya shalat berjamaah bersama istri dan anak-anaknya sebelum prahara itu muncul…

Matorsakalangkong

Sumenep, 29 april 2012




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline