Lihat ke Halaman Asli

Cara Kreatif Menyiasati 'Jam Karet'

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_137098" align="aligncenter" width="420" caption="diundug dari google"][/caption]

Ketika dulu semasa mahasiswa saya mengikuti pelatihan, seorang teman dari batak pernah dengan gaya satir bilang, “selama Indonesia mengekspor karet, jam karet sulit dihapus dari Indonesia.” Tentu peserta pelatihan yang biasa lambat ketika itu, meski tersinggung tapi tak kuasa menahan tawa.

Soal jam karet sepertinya sulit dihapus dari kultur kita. Bangsa kita barangkali termasuk bangsa yang selalu menyia-nyiakan waktu. Bahkan soal ini sudah demikian terkenal hingga ke luar negeri. Kita dicap sebagai orang yang tidak disiplin, karena sering terlambat atau lambat ketika berjanji atau menghadiri undangan.

Bagi yang terbiasa dengan jam karet, mungkinketerlambatan tidak dianggap sebagai masalah. Pada hal kebiasaan menerapkan jam karet berimplikasi pada lahirnya masalah yang cukup serius. Pertama, jam karet jelas menjadi musuh produktivitas. Bayangkan jika acara rapat/meeting harus mundur 1 jam karena jam karet, bukankah 1 jam kita menyia-nyiakan waktu untuk menghasilkan gagasan atau keputusan penting?

Kedua, jam karet akan menunda pekerjaan lain. Ketika kita “ngaret”dalam satu kegiatan, jelas kegiatan lain setelahnya juga akan “ngaret”. Begitulah seterusnya, hingga kegiatan terakumulasi menjadi bejibun, karena kegiatan akan sambung-menyambung dalam “lingkaran ngaret”.

Ketiga, jam karet sebenarnya adalah bentuk rendahnya penghargaan diri kepada orang lain. Karena dalam acara meeting, pasti ada yang datang tepat waktu. Tetapi meeting biasanya tidak akan dimulai sebelum orang-orang yang biasa ngaret datang. Jadi kebalik, orang yang datang tepat waktu harus toleran menunggu. Dalam pengalaman saya, jam karet biasanya terjadi 30 menit hingga 1 jam. Bahkan dalam beberapa kasus malah lebih.

Siasat Lucu dan Sia-Sia

Menghadapi orang yang biasa ngaret, teman-teman saya cukup “kreatif”. Meski kreativitasnya lucu dan kadang sia-sia.

Saya sering  menemukan undangan yang mencantumkan waktu acara dengan membubuhi kata “langsung dimulai” di belakang waktu acaranya. Misalnya,

……….bapak/ibu diharap hadir dalam acara yang akan diselenggarakan nanti pada :

Hari/tanggal: Minggu, 15 oktober 2011

Waktu              : 08.00 wib (langsung dimulai)

Agenda           : Perencanaan Tahunan

Tempat: ruang meeting

Tetapi cara ini ternyata tidak mempan. Tetap saja orang yang biasa ngaret, tak terpengaruh sama kata “langsung dimulai” yang ditulis dibelakang waktu acara. Saya kadang mikir, dengan cara apa lagi, orang yang biasa ngaret akan diingatkan?

Eh...teryata pengundang, mungkin belajar dari pengalaman pertama, menemukan cara yang lebih kreatif. Pengundang membuat dua undangan. Kepada para undangan yang biasa datang tepat waktu, waktu acaranya dimundurkan dari para undangan yang biasa terlambat. Misalnya, jika acaranya jam 14.00 , kepada undangan yang biasa datang tepat waktu tetap tertera jam 14.00 wib. tetapi bagi yang biasa ngaret, pengundang menulis waktu acaranya jam 13.00 wib.

Cara ini ternyata lebih jitu. Para undangan yang biasa terlambat, datangnya hampir secara bersamaan dengan undangan yang tepat waktu. Kalau pun masih terlambat, ternyata lambatnya tidak terlalu lama.

Memang cara ini tidak menyelesaikan masalah hingga di tingkat akar. Karena yang biasa terlambat seolah dibenarkan keterlambatannya. Yang paling baik harus muncul kesadaran dari dalam, bahwa terlambat adalah musuh yang harus diperangi. Bahwa terlambat adalah musuh produktivitas, menjadikan pekerjaan menumpuk, dan bentuk dari absennya perghargaan terhadap orang lain.

Ayo…masihkan kita akan menerapkan jam karet?

Matorsakalangkong

Sumenep, 15 oktober 2011




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline