Di madrasah kami, ada sebuah meja bundar yang panjang dan lebarnya kira-kira dua meter persegi (meski persegi kami menyebutnya meja bundar) . Bagi kami, para guru, ini bukan sekedar meja biasa. Di meja yang dikelilingi kursi ini semua guru setiap kali jam istirahat seringkali memanfaatkan untuk sharing tentang masalah-masalah sekolah, mulai soal metodologi dan media pembelajaran, siswa yang bermasalah, dsb.
Sharing ini sudah menjadi tradisi di madrasah kami. Jarang guru di meja bundar ini membicarakan persoalan-persoalan di luar pendidikan. Terkecuali ada peristiwa-peristiwa penting di tingkat local maupun masalah-masalah bangsa ini.
Kehadiran meja yang memungkinkan guru merapat dan mudah untuk saling berintraksi dinilai oleh guru sangat bermanfaat. Di meja ini mereka lepas dari pertemuan yang bersifat fisik semata di ruang guru, tetapi juga mempertemukan pikiran, ide, gagasan bahkan bathin. Tak jarang justru inspirasi terkait dengan proses pembelajaran muncul dari sini. Masalah-masalah yang dihadapi oleh seorang guru maupun siswa, juga sering diselesaikan di meja ini. bahkan sering kebijakan sekolah justru muncul dari sini.
Sehabis sharing, besoknya ketika guru memiliki jam mengajar, ia langsung memperaktekkan hasil sharing. Selesai memperaktekkan dicoba kembali melakukan refleksi melalui sharing di meja bundar itu. Para guru yang berkumpul di meja bundar asyik terlibat memberikan umpan balik terhadap metodologi pembelajaran yang baru saja dipraktekkan oleh guru. Kira-kira semacam sharing atas sharing sebelumnya.
Tentang setting meja ini agak berbeda dengan sekolah-sekolah terutama yang negeri. Di sekolah lain, biasanya setiap guru menempati kursi dan meja sendiri-sendiri. Intraksi antar mereka kurang dekat. Bahkan tidak memungkinkan untuk sharing secara nyaman. Sharing biasanya dilakukan dengan cara-cara resmi, misalnya rapat, workshop, atau pelatihan.
Memang sharing melalui meja bundar ini tidak berarti menyelesaikan semua masalah. Banyak kelemahan misalnya, keterbatasan waktu, topic kadang tidak focus, dan topic berganti-ganti sesuai selera. Hal ini sangat wajar, karena sharing di meja bundar ibarat orang ngobrol di warung kopi. Berlangsung dalam suasana tidak formal, penuh canda, penuh spontanitas, bahkan kadang emosional.
Tetapi meski ada kelemahan, cara yang mudah dilakukan ini sangat bermanfaat. Justru kelemahannya kadang menjadi kekuatan. Kekuatannya ada pada kelenturan. Layaknya celotehan di warung kopo, celetukan, obrolan, pikiran-pikiran cerdas muncul secara spontan dan bersahutan dari semua guru. Mereka melakukan refleksi, evaluasi, atau supervise secara partisipatif tanpa takut akan dihakimi, atau disalah-salahkan layaknyaseperti dilakukan pengawas pendidikan.
Soal kurang waktu atau tidak focus yang menjadi kelemahan lain, toh pokok-pokok pikiran yang muncul dalam sharing ini bisa diurai dan didalami dalam diskusi panjang di ruang rapat, wokshop atau pelatihan. Jadi sharing di meja bundar bisa menjadi pra-rapat, workshop, atau pelatihan.
Nah, ingin meningkatkan kualitas gura murah beaya? Sediakan meja bundar dan tradisikan sharing dengan sesama guru.
Matorsakalangkong
Sumenep, 23 januari 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H