Lihat ke Halaman Asli

Bantuan Kompasianer yang Mengharukan

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13259173521394287927

Ketika saya memposting tulisan, Satu Lagi Siswa Siswa Miskin Terselamatkan, semua komentar membuat saya terharu. Langkah kecil yang dilakukan madrasah tempat saya mengajar memperoleh apresiasi yang tulus dan dukungan penuh.

Yang lebih mengarukan ada kompasianer yang saat ini berada di Dubai berniat mengulurkan tangan. Tak cukup melalui komentar, ia mengirim pesan via inbox di Kompasiana agar saya mengirimkan nomer nama sesuai KTP dan nomer HP. Kamis malam sekitar jam 20.00 saya mengirim pesan balasan. Tiga menit kemudian pesan baru masuk ke HP saya mengabarkan bahwa uang sebesar 1 juta telah ditransfer melalui werstern union.

Nama kompasianer itu mas Mukti Ali. Sejak bergabung di kompasiana, saya sudah mengenalnya. Karena dulu ia termasuk kompasianer teraktif di Kompasiana. Saya tidak pernah bertemu face to face dengan mas Mukti. Yang membuat saya haru, ia percaya begitu saja kepada saya untuk menyampaikan amanah kepada siswa yang saya ceritakan di kompasiana.

Jumat malam saya mengontak kepala sekolah dan Kepala TU untuk mengabarkan berita mengharukan ini.Atas banyak masukan, penyerahan itu akan dilakukan di hadapan semua siswa besok paginya. Cara ini diambil biar semua siswa bisa menarik hikmah, bahwa dalam kesulitan selalu ada kemudahan.

Pagi tadi, sebelum masuk07.00 wib, siswa diminta berkumpul di halaman madrasah. Mereka tentu bertanya-tanya buat apa dikumpulkan karena pengumumannya begitu mendadak. Yang berhak menerima bantuan pun tidak tahu.

[caption id="attachment_154392" align="aligncenter" width="448" caption="penyerahan simbolis dilakukan waka kesiswaan"][/caption] Saya yang diminta membuka ‘apel pagi’ itu menjelaskan kronologinya. Apa adanya. Baru mereka mengerti kenapa dikumpulkan. Suasana waktu itu begitu haru. Hingga akhirnya saya memanggil waka kesiswaan, yang menggantikan kepala madrasah yang berhalangan hadir, untuk menyerahkan secara simbolis bantuan itu kepada Nur Atis, siswa kelas X. Tanpa dikomando semua siswa memberi applause . ucapan terimakasih kepada mas Mukti dan support kepada Nur Atis untuk tidak menyerah.

[caption id="attachment_154393" align="aligncenter" width="448" caption="nur atis menandatangani bukti penerimaan"]

1325917516190937724

[/caption] [caption id="attachment_154394" align="aligncenter" width="644" caption="bukti transfer dan penerimaan"]

132591771844561207

[/caption]

Para siswa kembali ke ruangan kelas. Ketika jam istirahat dilanjutkan penandatangan penerimaan bantuan di ruang guru oleh Nur Atis. Selesai menandatangani, Nur Atis menyerahkan sepucuk surat untuk disampaikan kepada bapak Mukti Ali.

[caption id="attachment_154395" align="aligncenter" width="336" caption="surat buat mas mukti dari nur atis"]

1325917949864225966

[/caption] [caption id="attachment_154396" align="aligncenter" width="314" caption="nur atis "]

1325918066458565087

[/caption] Saya sungguh terharu. Jarak yang jauh dengan mas Mukti Ali, ia di Dubai saya di Sumenep Madura terasa dekat, seolah hanya dibatasi sebuah tirai. Dan salah satu tirai itu bernama Kompasiana. Atas nama keluarga madrasah, dengan tulus saya mengucapkan terimakasih banyak kepada mas Mukti Ali dan kelaurga serta seluruh kompasianer yang telah memberi support melalui komentar-komentar yang membesarkan hati. Semoga semuanya memperoleh balasan dari Allah SWT.

Kami di madrasah tempat mengabdi tetap akan melanjutkan motto yang sudah kami sepakati, “di madrasah ini, tidak boleh seorang pun berhenti sekolah hanya karena tidak punya beaya. Madrasah akan menanggung beaya Anda. Jika berhenti sekolah karena alasan di luar itu, saya tak memiliki hak menahan kalian”.

Matorsakalangkong

Sumenep, 7 Januari 2011




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline