Lihat ke Halaman Asli

Berbahagialah Jika Anda Masih Rindu Sama Anak

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

[caption id="attachment_115302" align="aligncenter" width="700" caption="google.com"][/caption] Pernahkah anda diserang kerinduan mendalam sama keluarga anda, terutama pada anak yang mulai merangkak dan masih lucu-lucunya? Mungkin karena Anda sedang beraktivitas di luar kota,terpaksa anda harus meninggalkan keluarga dalam waktu lama. Atau karena alasan tertentu, anda harus ditinggal sementara waktu oleh istri dan anak anda.

Dalam kesendirian itu, rindu bertubi-tubi datang dan wajah anak-anak yang lucu menyelinap diam-diam dalam ruang kesadaran. Kerinduan itu dengan cerdiknya memainkan imagi, hingga suara panggilan polos anak, “ayah, yayah, papa, aba atau bagaimanapun anak kita memanggil, terdengar begitu dekatnya.

Saya mengalaminya saat ini. Istri sedang mengikuti acara MTQ di Madiun, dan anak laki paling buntut yang baru berusia 1 tahun dibawa bersamanya. Sedang kakaknya, perempuan yang sudah berusia 7 tahun, dibawa sama mbahnya. Saat ini saya bukan single parent, tapi single husband.

Tiba di rumah dari blogshop kompasiana di Malang kerinduan terhadap anak makin menyergap. Suara panggilan baba, ketokan anak memainkan pintu, senyum dan tertawanya yang tidak dibuat-buat, hentakan suara kakinya ketika dipapah belajar jalan, atau rengekan manja minta digendong timbul tenggelam dalam kesadaran. Kerinduan itu terus menjalar, melampaui jarak, melampaui waktu.

Dan, kerinduan itu terlampiaskan. Mencari katarsisnya dalam bentuk terjemah rindu ke dalam symbol. Screen saver atau wallpaper HP dipinjam untuk menerjemahkan kerinduan dengan fotonya. Di desktop background netbook pun dipajang gambarnya. HP tak bosan-bosan dipencet untuk menyuarakan rekaman suaranya, dan menghadirkan rekaman videonya.

Terobati? Ia. Setidaknya symbol mampu menjadi juru bicara kerinduan. Melalui symbol itu wajah anak-anak hadir kembali. Melalui symbol itu suara, tangisan, rengekan, senyuman muncul kembali. Dekat, bahkan sangat dekat.

Selesai? Tidak. Kerinduan butuh yang nyata. Kerinduan tak cukup symbol. Dan symbol yang jelas bukan dia.

Rahasia Kerinduan

Kerinduan terhadap anak alamiah, given, dan manusiawi. Entahlah saya tidak bisa membayangkan jika ada seorang ayah/ibu ketika berjarak mampu menghilangkan kerinduan sama anak-anaknya.

Kerinduan itu meski setiap orang memiliki potensi, tetapi harus diikat. Ikatan bathin dan emosional yang lengket, akan merekatkan kerinduan orang tua dan anak secara menggetarkan. Kadang memunculkan sesuatu yang tak terduga. Apa yang kita rasa, ketika dipisah jarak, akan mengalirkan rasa yang sama terhadap anak.

Dalam derajad tertentu, kerinduan terhadap anak (termasuk istri/suami), akan menjadi panduan untuk menjaga amanah sebagai satu keluarga. Dan itu sangat bermanfaat ketika didera kesendirian karena kita jauh dari keluarga.

Singkatnya, kerinduan terhadap anak adalah tes bahwa kita masih setia menjadi orang tuanya. Ketika keriduan hilang, sangat mungkin kita akan menjadi calon ayah/ibu baru bagi perempuan/laki-laki baru yang kadang hadir di saat kita sendiri dan jauh dari keluarga.

Menguatkan kerinduan justru bisa menguatkan kesetiaan. Inilah saya rasa rahasianya. Jadi, bagi Anda yang jauh dari anak-anak, berbahagialah jika masih ada rindu di hati Anda.

Semoga bermanfaat

[caption id="attachment_115303" align="aligncenter" width="221" caption="adel, 7,5 thun/perempuan, anak pertama. darinya saya banyak belajar jadi ayah"][/caption] [caption id="attachment_115305" align="aligncenter" width="336" caption="abed,1 tahun/laki-laki, anak kedua.darinya saya belajar kepolosan. "][/caption] Matorsakalangkong

Sumenep, 20 juni 2011




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline