Suatu hari saya dikagetkan oleh cerita istri saya bahwa Adel -anak perempuan kami- melaporkan teman sekolahnya kepada ibunya yang kebetulan tetangga. Anak saya saat ini masih duduk di kelas satu MI dekat rumah.
"Bu guru...(ibu teman adel memang gurunya ketika TK) tadi zen pamer "burungnya" di kelas bu?", kata anak saya. Ibu zen kaget. Langsung dia memanggil anaknya untuk ditanyai.
Mendengar cerita istri saya itu terus terang perasaan saya khawatir. Ah..jangan-jangan anak perempuan saya melihat "burung" temannya. Saya bertanya sama istri, " kok adel mengenal istilah "burung" ya?"
"Mungkin adel mendengar pas saya menyebut "burung" abed, adiknya," jawab istri saya. Abed, laki-laki, adalah anak kami yang kedua.
Waduh...rupanya istri saya menggunakan istilah kurang bijak. Saya berpikir bisa kacau konsepsi anak tentang burung. Jika ia melihat burung yang asli, pikirannya akan dikacaukan oleh "penampilan burung yang tidak asli".
Saya tanya lagi, "emang pas teman lakinya di sekolah pamer burung, semua cewek di kelasnya ngeliat?"
"gak tahu ba...,"kata istri saya singkat.
Ketika saya makan bareng sama adel saya mengintrogasi pengalamannya soal "burung" teman laki-lakinya yang dipamerkan di kelas.
"Tadi ada cerita apa di sekolah?"
"gak ada cerita apa-apa ba...", kata adel
"gak..katanya zen, teman adel....."