Lihat ke Halaman Asli

Penduduk Madura Buta Warna

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12913868881857160642

Ini cerita kawan saya sesama orang Madura. Kejadiannya sudah lama. Kira-kira tahun 1997 ketika saya masih kuliah di IAIN (sekarang UIN) Jakarta. Bersama kawan-kawan lintas suku, saya mengontrak rumah secara patungan, sekalian jadi tempat kajian dan diskusi.

Saat itu, seorang kawan dari jawa menyuruh kawan saya dari Madura, yang baru beberapa bulan hijrah ke Jakarta untuk kepentingan kuliah. Kebetulan sore itu kami lagi santai nongkrong di beranda rumah.

“bisa ambilkan bendera NU gak di kamar saya”, kata si jawa sama teman saya.

Teman saya yang masih yunior (maksudnya baru kuliah) mau saja disuruh seniornya (maksudnya kuliahnya gak kelar-kelar). Dengan malas ia beranjak masuk ke kamar si jawa. Dari dalam kamar si madura teriak, “bendera NU yang biru ini ya?”

Sontak saja kawan-kawan yang lagi nongkrong di beranda rumah tak kuat menahan tawa.

1291387502719928849

“hu....itu bukan biru, hijau tahu?”, kata seorang teman sambil memegang perutnya yang mulai sakit kebanyakan tertawa.

“Orang Madura buta warna”, teriak kawan saya yang lain. Saya sambil ketawa kasihan juga melihat kawan baru yang masih polos itu jadi bahan tertawaan lintas suku. Mungkin dia juga gak ngerti, “salah apa saya. Bukankah bendera NU memang biru?”

Saya bilang sama dia, “di Madura memang warnanya biru, tapi kalau di sini warnanya berubah jadi hijau”.

Memang dalam bahasa Madura tidak ada kosa kata “hijau”. Misalnya, warna daun di Madura juga disebut “biru”. Terus, warna biru di Madura disebut “bungu” (ungu). Jadi warna langit sama orang Madura ya “bungu”. Jadi, tak salah jika dibilang orang Madura buta warna.

Bahasa sungguh problematik

12913882111394559993

  1. Inilah kasus bahasa yang sungguh problematik. Tapi ada pelajaran yang bisa diambil dari pengalaman lucu teman saya tadi menyangkut bahasa :Tidak mudah mempertemukan dua bahasa yang secara kebudayaan berbeda
  2. Terkadang –malah mungkin lebih sering—sulit mencari padanan kata untuk menerjemahkan bahasa ibu ke bahas
  3. Kalaupun ditemukan padanannya, tapi terkadang tidak pas. Kata padanan bisa “membeku”, bisa “mencair”. Bisa mereduksi makna, bisa meluaskan makna.
  4. Soal warna memang bukan soal kesulitan mencari padanan. Masalahnya terletak pada perbedaan dalam menyebutnya.
  5. Pendidikan multikultural juga penting menyingkap bahasa terutama yang bisa mengganggu komunikasi dua orang yang berbeda secara budaya
  6. Karena sudah baca posting ini, jangan lagi sebut orang Madura buta warna. Hi..hi...

Matorsakalangkong

Sumenep, 3 desember 2010

Sumber foto

Atas: dukumen pribadi

Tengah: http://picasaweb.google.com/lh/view?q=daun+hijau&psc=G&filter=1&hl=id#5433550717563844546

Bawah http://picasaweb.google.com/lh/view?q=foto+sawah+hijau&psc=G&filter=1&hl=id#5141942047662523634




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline