Lihat ke Halaman Asli

Bolehkah Kini Aku Menggantikan Dia?

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku masih terpaku pada kalender tahun 2014 di dinding yang kudapat kemarin dari pemilik toko sepatu langgananku. Satu tahun sudah Aku mengenalmu. Di bulan ini, Mei. Perkenalan yang tak pernah kuduga ketika hati butuh cinta. Perkenalan yang kurasakan tak biasa. Saat itu Kamu masih sama pacarmu, gadis yang membuatmu terluka.

Kamu bercerita padaku tentang semua kegalauanmu mulai dari cita-cita, kuliahmu sampai percintaanmu. Aku tak keberatan mendengarkan, memberi saran atau sekedar member dukungan . Candaan konyol pun tidak pernah ketinggalan.

“Dia membuatku terluka lagi”

“ Dia udah gak perduli sama aku” .“Dia egois, dia sering bohong padaku tapi aku tak bisa pergi darinya” katamu dalam pesan singkat

“ udahlah jangan sedih, itu bukan seperti Kamu yang Aku kenal. Ayo semangat ! “

tak pernah bosan Aku menyemangatimu bahkan di saat tersulitku. Kamu hanya tersenyum atau berkata terima kasih padaku dan itu sudah cukup buatku.

Entah sejak kapan rasa itu tumbuh subur dalam hatiku, padahal waktu itu baru sebulan kenal. Sepertinya memang sudah sejak awal Aku tertarik padamu tapi belum menjadi rasa seperti sekarang.

Hari demi hari Kamu menggetarkan hatiku. Apalagi saat Aku bertemu denganmu ada rasa yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Yakk !! Aku yakin Aku benar-benar jatuh cinta padamu !

“ Alamak mana mungkin mencintai cowok yang udah punya cewek ”.

“ gila lo ya ?!  udah jauhin dia, toh masih ada cowok-cowok yang mau sama lo “

“ lo sih aneh giliran ada yang suka, jomblo, lumayan oke, malah sukanya sama cowok yang belum lama kenal. Udah punya cewek pula “

Begitu kata teman-temanku saat Aku menceritakan perihal rasa yang bergejolak tak pasti di hatiku.

“mau gimana lagi, gw sukanya sama dia geh”

“mau lo maki-maki gw kayak apa juga rasa gw ke dia gak akan semudah itu ilang”

“biarlah rasa ini tetep gw pendem aja”

“Sampe’ kapan??” temanku bertanya dengan nada agak meninggi

“Gak tau” kataku datar

Aku bukanlah gadis yang mudah jatuh cinta kepada lawan jenis, walaupun sering ada pepatah jawa mengatakan “witing tresno jalaran soko kulino”. Itu tak berlaku untukku, toh ada saja teman-teman cowokku yang nyatanya menyukaiku setelah 1-3 tahun kenal tapi Aku tolak, yahh mau bagaimana lagi, Aku tak punya rasa, hanya sebatas teman.

Aku dan Kamu memang jarang bertemu, walaupun rumahmu dan rumahku tidak begitu jauh. Hanya melalui pesan singkat dan telpon Aku dapat dekat denganmu.

Tiba-tiba, suatu hari….

“ hey kamu siapa ?!” “kamu gak usah deket-deket pacar saya bisa gak ?!”

“Jangan ganggu hubungan orang lain deh, dasar PHO !”

Saat itu yang terasa hanya sakit, bukan sakit karena kata-kata si pacarmu yang pedas seperti cabe 5 kg super hot di pasar. Tapi Aku merasa ada jurang yang lebar dan dalam yang memisahkan Aku dan Kamu. Aku merasa benar-benar menjadi orang ketiga, tapi kupikir salah siapa juga menelantarkan cowoknya dan ketika ada yang dekat kok Dia malah kebakaran jenggot, gak terima. Lagi pula hubungan mereka juga memang sudah rusak sebelum Aku datang ke kehidupanmu.

Kamu datang ke rumah meminta maaf, setelah sebelumnya Kamu juga menelponku untuk meminta maaf.

“kamu gak pa-pa kan?” “maaf ya gara-gara aku kamu jadi sakit”

“tolong jangan dengerin kata-kata Dia” “jangan jutek-jutek sama aku”

Aku Cuma bisa bilang :

“iya”

Entahlah, Aku juga gak mengerti saat itu. Ada senang dan juga sedih. Senang karena saat itu Aku duduk bersebelahan dengan orang yang kusukai. Aku dapat melihat wajahmu, senyummu yang sudah lama tidak kulihat. Di satu sisi Aku sedih karena merasa mengapa Aku dan Kamu bertemu di saat Kamu tidak sendiri, Aku merasa jadi orang ketiga. Benar-benar tak pernah terbayangkan olehku.

setelah itu semua normal kembali, bahkan Aku dan Kamu semakin dekat. Kata-kata manis penuh cinta, rindu, panggilan sayang, dan perhatian tak malu-malu Aku dan Kamu ungkapkan.

“aku kangen kamu, sayang “

“aku juga”

Aku merasa sudah tidak perduli pada statusmu yang masih “punya pacar”. Mungkin memang bodoh atau benar kata orang cinta itu buta. Cinta diantara Kamu dan Aku datang ketika Kamu dan Aku sama-sama sedang butuh cinta. Salahkah ??! kini Aku benar-benar jadi orang ketiga.

Kemudian…

“aku udah gak sama dia lagi”

“oh ya ? berarti jomblo ya ? hahaha”

Lagi-lagi cuma lewat pesan singkat

Lalu, Aku bertanya dalam hati dapatkah Aku kini menggantikan Dia ?

Tapi belum selesai Aku berangan-angan, Kamu bilang…

“aku sekarang gak tinggal di rumahku yang dulu lagi, aku tinggal nge-kost di daerah tempat kerjaku yang sekarang karena jauh”

“berarti kita jadi jauh dong?!”

“iya, hehe”

“……..” aku cuma bisa membisu, diam-diam menangis

Sekarang Kamu sudah tak bersama Dia lagi tapi Aku masih maerasa ada jarak diantara Kamu dan Aku. Tak henti-hentinya Aku mengharapkan kesehatan dan keselamatanmu di sana. Sedih ??? sudah pasti. Rindu ?? itu jangan ditanya, rasanya sudah hampir gila aku dibuatnya. Tapi gak ada yang bisa Aku dilakukan.

Entah karena sama-sama sibuk atau memang menjauh Aku dan Kamu jadi jarang bicara. Tapi Kamu sering bertanya apa Aku punya gebetan atau tidak. Selalu Aku jawab tidak. Yaa, karena sampai detik ini tidak ada yang mampu menduduki tahtamu di hatiku. Kabar terakhir yang Aku tahu walaupun Kamu tak cerita, tapi hatiku selalu bisa menebak apa yang Kamu rasakan. Aku tau mantan pacarmu minta balikan, tapi bolehkah kini Aku menggantikan Dia?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline